Langsung ke konten utama

[CREATE IT] Buku, Cerita, dan Hati

Segala sesuatu terasa indah saat belum dimiliki
Bukankah itu benar? Seperti halnya riwayat tentang seorang murid yang diperintah oleh gurunya untuk memasuki sebuah gua dan hanya harus membawa satu bunga begitu keluar dari gua tersebut. Awalnya ia menuruti petuah sang guru, namun, setelah ia menemukan sekian banyak bunga yang lebih indah dan jauh lebih indah, selama itu pula ia membuang bunga yang lama dan memetik bunga yang baru. Begitulah seterusnya hingga ia sadar bahwa dirinya telah bersalah.
Ya, memang benar, selalu, yang baru akan terlihat jauh lebih baik dari yang lama[1]. Mungkin ini yang membuat sekian banyak orang cepat mengganti hati begitu ada yang baru, dan begitu saja meninggalkan kenyamanan yang telah lama menemaninya. Mungkin ini pula yang membuat dia dulu ... ah sudahlah.
Ya, mungkin itu memang benar. Tapi, problemnya bukanlah harus mencari orang yang lebih baru, tetapi untuk memperjuangkan yang nyaman[2]. Sehingga muncullah aliran penyanggah paham tersebut (duh, ini pasti efek baru baca ilmu kalam -_-“). Aliran ini mengatakan, “Mungkin memang benar, selalu, yang baru akan terlihat lebih baik dari yang lama, TAPI, semakin dalam yang baru itu diselami, semakin membuktikan bahwa ternyata, yang lama justru adalah yang terbaik.” Termasuk aku ... ah tidak, tapi ... ah sudahlah.
Lebih tepatnya, paham ini adalah isi hati para kaum yang susah move on. Kasihan ya? ._. Padahal harusnya kan jadi manusia setengah salmon, iya gak?
Ok. Ini bukan tentang hati yang sulit untuk pindah, tapi ini tentang hati yang tak mau beranjak dari kenyamanan lamanya. Bukan tak bisa menjad manusia setengah salmon, tetapi kenyamanan yang lama yang memaksanya untuk tetap tinggal dan menjadi koala kumal.
Bertahan dalam kenyamanan yang telah meninggalkannya. Berkubang dalam kenyamanan yang sudah berubah. Apa yang bisa dilakukan? Tak ada. Sungguh tak ada. Sama sekali tak ada yang dapat mengembalikan kenyamanan yang dulu merupakan teman yang sangat akrab dan kini bermetamorfosis menad orang yang sungguh asing. Terdengan bodoh bukan?
Bertahan menjadi koala kumal atau berubah menjadi manusoa setengah salmon? Yang pasti, tak ada yang salah bagi mereka yang bisa dengan mudahnya berganti hati, namun, tak ada pula yang berhak menghakimi mereka yang memilih bertahan bersama kenyamanan lamanya. Tanya, di mana hati mampu bertahan?


Note: Cerita sufi sama muridnyaaa, makasih yaaaa hehehehe :D




[1] Koala Kumal
[2] Koala Kumal hal 68

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TASK] Proposal Usaha (Kewirausahaan)

Ini tugas bikin proposal waktu kelas sebelas hihi :3 Gak tau bener gak tau nggak soalnya dulu gak sempet direview sama gurunya -,- Disusun oleh: Asti Nurhayati Sri Isdianti Kelas XI-AP4 SMK Negeri 1 Garut 2012-2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Nama dan Alamat Perusahaan Toko Buku   “27 RADAR” Jl.   Radar   No. 27 Garut B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Usaha Ø     Penanggung jawab 1: Nama : Asti Nurhayati Nurjaman   TTL : Garut, 19 Agustus 1996   Ø      Penanggung jawab 2: Nama : Sri Isdianti TTL : Garut, 12 September 1996   C. Informasi Usaha          Usaha toko buku yang kami kelola ini berada di Jl.   Radar   No. 27, merupakan lokasi yang sangat strategis yang berada di pusat kota Garut ini, bisa dengan mudah dijangkau oleh kendaraan apapun. Juga terletak di antara banyaknya pusat perkantoran serta sekolah-sekolah sehingga menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kami karena berdekatan dengan banyak

[BOOK REVIEW] Sejarah Ekonomi Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag Penerbit: Gramata Publishing Tebal Buku: xiv + 322 halaman ISBN: 978-602-96565-1-0 Harga: Rp. 69.000,- Sumber gambar: goodreads Ada kesenjangan epistemologi yang mengemuka lebar tatkala ingin menampilkan literatur sejarah pemikiran ekonomi. Nilai fairness dan transparansi seolah sulit untuk dibuka ketika dihadapkan pada siapa menemukan apa karena bermuara pada “otoritas klaim.” Fakta-fakta ironis menyebutkan bahwa seringkali hasil karya ilmuwan muslim kita diabaikan oleh sarjana barat, padahal mereka sendiri secara implisist mengakui banyak karyanya telah diilhami oleh  pemikir Islam atau karya mereka tidak pure lagi karena sebelumnya sudah diketemukan teori oleh sarjana muslim. Hanya bisa dihitung dengan jari penulis-penulis barat yang mengakui bahwa konsep-konsep atau teorinya berasal dari pemikir Islam. Secara simplistis saja,

[BOOK REVIEW] AYAH Tanpa Tapi

Surga juga ada di telapak kaki ayah – pada setiap langkah yang ia ambil untuk terus menyambung nafas dan menumbuhkanmu, ada surga. (Seribu Wajah Ayah – hlm. 16)             Ayah, salah satu bilah tervital dalam hidup yang dikatakan Rasulullah setelah penyebutan Ibu yang diulang sebanyak tiga kali.             Ibu, ibu, ibu, baru ayah .            Repetisi yang menomorempatkan ayah bukan berarti kita harus menomorsekiankan pula sosok itu dalam hidup. Tidak sama sekali.           Memang, kebanyakan figur ayah tidak sama dengan ibu. Jika ibu seakan tak pernah kehabisan agenda kata yang berlalu lalang di telinga kita, beda halnya dengan ayah yang bahkan seolah enggan untuk bersuara walau hanya sekecap. Pun, sering kali kita lebih nyaman bersandar di punggung ibu yang ekspresif dibanding harus bercengkrama dengan sosok ayah yang cenderung defensif.            Meski tidak menutup kemungkinan tidak semua ayah berkarakter begitu, tapi itu juga tak dapat dipungkiri, kan?