Source from here. “Aku bosan.” Kalimat itu bagai meteorit yang jatuh ke dasar bumi. Membelai atmosfer dengan gesekannya yang menyembilu. Hingga berdebam menghantam tanah. Dan dalam sekejap meluluhlantakkannya menjadi partikel-partikel debu. Omong-omong soal debu, aku jadi teringat lirik lagu yang berkata, “Aku tanpamu, butiran debu~” Terlalu gila memang. Namun akankah perumpamaan dalam lagu itu menjadi kenyataan yang harus kuhadapi? Setelah pernyataan tak diduga itu terlontar dari mulutmu. Yang dengan susah payah, kucerna mereka. Sebab dua kata memekakkan itu terus melesak-lesak memaksa masuk menelusupi rongga telinga. Pada akhirnya, aku memang tidak menjadi debu. Sebab sepeninggalmu, dengan mereka aku menjelma. Memungut detik demi detik yang berceceran. Untuk kemudian kugubah dalam kumpulan klausa. Meski kamu telah bertolak membelakangiku, tak ada hal mutlak yang melarangku untuk tetap berada di tempat yang sama, kan? Lagipula, tak ada yang mendaftarkan hak pat...