Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

[BOOK REVIEW] Sebelas Menit Pertama; Awal atau Akhir?

Judul                            : Critical Eleven Penulis                          : Ika Natassa Penerbit                        : Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku                   : 344 halaman Cetakan Pertama         : 2015 ISBN                            : 978- 602-03-1892-9 Harga                           : Rp.69.000,- Sumber Gambar          : goodreads Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat –tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing – karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It’s when aircraft is most vulnerable to any danger . In a way , it’s kinda the same with meeting people . Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah –delapan menit ketika senyum, tindak-tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita ap

[BOOK REVIEW] Apa Pasti Dikabulkan?

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم   source from goodreads Judul                             : Rumah Tanpa Jendela Penulis                          : Asma Nadia Penerbit                        : Kompas Tebal Buku                   : 188 halaman Cetakan Pertama           : Januari 2011 ISBN                             : 97 8 - 979 - 709 - 546-8             Harga                            : Rp. 68.000,- Rara, bocah perempuan penguni rumah tak berjendale di sebuah perkampungan kumuh di pinggiran Jakarta. Ia punya mimpi sederhana, memiliki jendela untuk rumah tripleksnya. Tak usah banyak-banyak. Cukup satu saja. Agar dari dalam rumah tiap malam dia bisa menatap keindahan bulan..., agar tiap pagi dia bisa melihat senyum matahari..., agar setiap siang dia bisa melihat kupu-kupu, capung, dan ramainya rintik hujan... Rara tidak sendiri memburu mimpi. Dua pemuda jatuh cinta dan memimpikan sosok yang sama. Seorang gadis menyalakan bunga mimp

[CREATE IT] Tentang Rindu, Spasi, dan Harapan

Source from here. “Aku bosan.” Kalimat itu bagai meteorit yang jatuh ke dasar bumi. Membelai atmosfer dengan gesekannya yang menyembilu. Hingga berdebam menghantam tanah. Dan dalam sekejap meluluhlantakkannya menjadi partikel-partikel debu. Omong-omong soal debu, aku jadi teringat lirik lagu yang berkata, “Aku tanpamu, butiran debu~” Terlalu gila memang. Namun akankah perumpamaan dalam lagu itu menjadi kenyataan yang harus kuhadapi? Setelah pernyataan tak diduga itu terlontar dari mulutmu. Yang dengan susah payah, kucerna mereka. Sebab dua kata memekakkan itu terus melesak-lesak memaksa masuk menelusupi rongga telinga. Pada akhirnya, aku memang tidak menjadi debu. Sebab sepeninggalmu, dengan mereka aku menjelma. Memungut detik demi detik yang berceceran. Untuk kemudian kugubah dalam kumpulan klausa. Meski kamu telah bertolak membelakangiku, tak ada hal mutlak yang melarangku untuk tetap berada di tempat yang sama, kan? Lagipula, tak ada yang mendaftarkan hak pat