Langsung ke konten utama

[BOOK REVIEW] Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Judul:
Rahasia Memaksimalkan Potensi Lewat Kekuatan Pikiran Bawah Sadar Untuk Meraih Kekayaan dan Kesuksesan
Penulis:
Dr. Joseph Murphy
Penerjemah: Sandra Imelda
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku: 219 halaman
Cetakan Pertama:
1963
ISBN: 978-979-22-7530-8
Harga: Rp.45,000,-
Sumber gambar: Penerbit

Karya klasik Dr. Joseph Murphy, The Power of Your Subconcious Mind, pertama kali diterbitkan pada tahun 1963 dan dengan segera menjadi buku terlaris; buku itu dianggap sebagai buku petunjuk pengembangan diri terbaik yang pernah ditulis. Mengikuti keberhasilan karyanya itu, Dr. Murphy memberikan ceramah kepada ribuan orang di seluruh dunia, dan jutaan orang mengikuti program siaran radionya setiap hari. Dalam ceramahnya, dia menunjukkan cara orang berhasil memperbaiki kehidupan secara radikal dengan menerapkan aspek-aspek spesifik dari konsepnya.
Saat ini ceramah-ceramah Dr. Murphy digabungkan, diperbaiki, dan diperbarui menjadi seri buku yang mengantarkan ajarannya ke abad ke-21 dan menyediakan bagi pembaca perangkat untuk menyusun program pikiran bawah sadar supaya bisa memperbaiki kehidupan secara radikal.
Di buku ini Dr. Murphy menguraikan empat langkah yang merupakan kunci utama menuju kekayaan yang akan membimbing Anda menuju kelimpahan dan kesejah teraan yang berkelanjutan. Dengan mengikuti langkah-langkah itu, seorang tenaga penjual berhasil melipatgandakan pendapatan, seorang pemuka agama berhasil mengumpulkan dana untuk membangun kembali rumah ibadah –yang umatnya berasal dari kalangan tidak mampu– dan banyak lagi cerita keberhasilan yang akan memberikan inspirasi serta membuat Anda takjub!


Anda dapat menjadi apa yang Anda inginkan
Apa yang terjadi pada Anda sesuai dengan pikiran Anda

          Secara garis besar, buku yang berisi sebelas bab ini menekankan pentingnya menjaga pikiran. Agar kita senantiasa menanamkan citra yang positif atas segala sesuatu, baik itu keinginan, harapan, atau bahkan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi. Dan yang paling penting adalah menciptakan citra diri yang positif terhadap diri kita sendiri. Karena, kita adalah apa yang kita pikirkan, dan segala sesuatu yang ada di pikiran sadar kita akan diserap secara harfiah oleh pikiran bawah sadar yang nantinya akan menjadi kenyataan. Karena pikiran bawah sadar selalu menerima keyakinan yang ada pada pikiran sadar tanpa bertanya terlebih dahulu apakah hal itu benar atau salah. Dan karena sifat bawah sadar adalah mewujudkan apa saja yang ada dalam pikiran sadar kita. Kita memang dapat menjadi apa yang kita inginkan, dengan bekerja keras misalnya, namun hal itu akan menjadi sia-sia jika saja pada waktu yang bersamaan kita justru menanamkan hal-hal yang bertentangan dengan yang diinginkan dalam pikiran kita.
          Setiap manusia pasti memiliki keinginan, karena dalam buku ini disebutkan bahwa keinginan adalah rahmat Tuhan. Meski tak sedikit yang menyatakan bahwa memiliki keinginan itu salah. Mereka berkata seperti itu, mungkin karena banyak kejahatan terjadi disebabkan manusia yang berusaha untuk memenuhi keinginan. Namun sebenarnya, tak ada keinginan yang salah atau bahkan jahat. Yang salah adalah cara mengarahkan atau memahami keinginan itu. Misalnya, tak ada yang salah dengan keinginan kita untuk makan, tetapi melukai seseorang untuk mendapatkan makanan adalah tindakan kekerasan, dan itu salah.
          Milikilah keinginan, apa pun itu. Lalu sadari. Dan tanamkan keinginan itu dalam bentuk pikiran, perasaan, dan imajinasi. Disiplinkan imajinasi. Bayangkan bahwa saat ini kita telah mendapatkan keinginan itu. Karena jika didisiplinkan, imajinasi dapat melampaui segala keterbatasan. Seperti halnya orang-orang besar, sebelum mereka mencapai puncaknya seperti saat ini, dari jauh-jauh hari mereka sudah dapat merasakan bahwa mereka telah berada di posisi mereka sekarang. Itulah imajinasi, dapat digunakan untuk meraih kesuksesan atau bahkan meraih kegagalan. Pilih yang mana?
Terus lakukan doa dan afirmasi bahwa keinginan itu akan terwujud. Pupuklah kepercayaan dan sadari bahwa kita akan menerima apa pun yang diminta dalam doa, seperti halnya prinsip menjaga pikiran tadi. Jika kita kecewa, tanamkan gagasan baru hingga mengakar kuat. Jangan menyalahkan hal lain di luar diri kita, karena sekali lagi, segala sesuatu yang terjadi merupakan bentuk nyata atas segala sesuatu yang ditanam dalam diri kita.
          Setelah menyadari keinginan, mendisiplinkan imajinasi, dan membangun program bawah sadar dengan afirmasi positif tadi, segeralah buat keputusan! Orang yang gagal memiliki kesamaan karakteristik, yaitu ragu dalam membuat keputusan. Putuskan apa yang ada dalam pikiran. Jangan takut. Karena orang yang takut membuat keputusan sesungguhnya telah menolak salah satu rahmat dari Tuhan. Saat merasa takut atau ragu dalam bertindak, duduk tenanglah lalu berdoa, lakukan afirmasi, dan pancangkan kembali penjagaan pikiran kita.
          Menurut hukum pikiran bawah sadar, jika kita tidak membuat keputusan yang jelas, otomatis kita memutuskan untuk mengambil apa yang timbul dari pikiran orang-orang di sekitar kita yang bahkan belum tentu baik untuk kita. Pikiran massa bersifat negatif, penuh ketakutan, kebencian, dan kecemburuan.  Bukan. Ini bukan berarti kita berburuk sangka pada orang-orang di sekeliling kita, tapi membuat keputusan yang datang dari diri sendiri akan lebih baik. Jangan menunda membuat keputusan karena penundaan adalah perampokan waktu. Jangan menunggu apa pun. Bereskan pikiran dan buatlah keputusan yang jelas. Ingatlah selalu bahwa jika motivasi benar dan kita selalu berdoa untuk mendapat bimbingan agar betindak benar, maka keputusan itu benar. Begitu pula sebaliknya. Jangan takut berbuat salah karena semua orang berbuat salah.
          Jika ingin keinginan tercapai, terus lakukan dan tanamkan hal-hal tersebut. Pahami hukum pikiran. Hukum pikiran memang sederhana, namun yang sederhana bukan berarti mudah untuk dilakukan. Sulit sebenarnya untuk menerapkan hukum pikiran di tengah berbagai macam keadaan yang kita hadapi dalam realita ini. Tapi begitulah, karena sesungguhnya tidak ada makan siang gratis. (Nah kan, baru aja tanpa sadar aku bilang bahwa hal itu sulit. Ini bahaya kalau udah diterima sama pikiran bawah sadar. Oke, sekarang kita ralat.) Hukum pikiran memang sulit untuk diterapkan namun bukan berarti kita tidak bisa menanamkannya.
          Mari kita membentuk masa depan melalui hukum pikiran dengan penuh perhatian, tekad, kesabaran, dan tanggung jawab yang besar. Mari kita berpikiran positif dan menjadi apa yang kita pikirkan sehingga dapat mengendalikan nasib kita dengan kekuatan pikiran yang positif.

Meski tidak diungkapkan secara eksplisit, jika dikaitkan dengan pemikiran seorang filsuf, menurutku pemikiran Dr. Joseph Murphy ini jelas condong pada Heraclitos dengan filsafat menjadinya. Juga pada Konfusius yang merupakan guru besar pertama yang melontarkan kaidah emas.
          Buku ini bisa dimasukkan ke daftar buku motivasi yang layak dimiliki dan tentunya dibaca yaaa :D Karena yang menulisnya adalah seorang pendeta, pada saat membacanya, aku sebagai seorang muslim mencoba memilah dan memilih mana bagian-bagian yang sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Bukan. Bukan maksud aku untuk mensinkretismekan ajaran atau apa, hanya saja, kita memang harus berhati-hati dalam memilih bacaan kan?
Kesimpulan tema yang diangkat buku ini jika dikaitkan dengan ajaran Islam adalah bahwa “Ketetapan Allah berada dalam prasangka hambaNya.” Iya kan? Jadi, memang benar-benar penting untuk menjaga husnuzan dalam hati kita. Husnuzan pada Allah, diri sendiri, dan orang lain, semuanya penting. Tak ada satu pun yang dapat mengenyampingkan yang lainnya. Dan menurutku, ini sebabnya Islam sangat melarang salah satu penyakit hati, yaitu suuzan, bersemayam dalam dada. Hal itu bahkan akan memberi keburukan bagi kita sendiri, si penyimpan suuzan. Ketetapan Allah indah bukan? Dia tidak akan semata-mata melarang sesuatu, kecuali jika hal itu mendatangkan mudharat bagi hambaNya.

Nah sekarang aku mau berbagi salah satu kisah yang ada dalam buku ini, kalian bisa menemukannya di halaman 135-137 pada bab 7 dengan judul “Mengapa Hal Ini Terjadi Pada Saya?”. Mungkin kalian udah tahu, tapi aku baru tahu dari buku ini hehehe :D



          Ada legenda mengenai seorang petani yang mendatangi orang bijaksana di desanya di Asia dan menceritakan kehidupannya yang sulit. Petani itu tidak yakin apakah dia bisa bertahan dan ingin menyerah. Dia lelah berjuang dan bekerja keras. Kelihatannya setiap kali dia bisa menyelesaikan suatu masalah, masalah lain akan muncul sebagai pengganti.
          Si orang bijak meminta petani itu pergi ke danau dan kembali dengan membawa seember air. Dia lalu menuangkan air itu ke tiga bejana dan menggantungnya di atas api. Segera bejana-bejana itu mendidih. Di bejana pertama dia menaruh seikat wortel, di bejana kedua dia menaruh beberapa telur, dan di bejana ketiga dia menaruh segenggam daun teh.
          Setelah merebus selama setengah jam, dia mengambil bejana-bejana itu dari api. Dia mengeluarkan wortel dan menaruhnya di mangkuk; kemudian mengeluarkan telur dan menaruhnya di mangkuk lain. Akhirnya, dia menuang air teh ke mangkuk ketiga. Dia berpaling ke sang petani dan berkata, “Katakan apa yang kau lihat?”
          “Wortel, telur, dan teh,” jawab sang petani.
          Orang bijak berkata, “Ambillah wortel itu dan katakan apa yang kau rasakan.”
          Sang petani melakukannya dan menjawab, “Wortel ini lembek.”
          Kemudian orang bijak itu meminta sang petani mengambil telur dari mangkuk dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya, dia mengamati bahwa telur itu menjadi keras. Akhirnya orang bijak itu meminta sang petani meneguk air teh. Sang petani tersenyum ketika mencicipi aroma seduhan teh.
          Sang petani lalu bertanya, “Apa arti semua ini?” Orang bijak itu menjelaskan bahwa masing-masing benda tersebut mengalami kesulitan yang sama yaitu air mendidih. Namun, reaksi tiap benda berbeda. Wortel masuk dalam keadaan kuat dan keras, tapi setelah berada dalam air mendidih menjadi lembek serta lemah. Telur masuk dalam keadaan mudah pecah. Cangkang yang tipis melindungi isi telur yang lembut. Namun, air mendidih mengeraskan isi telur. Keunikan terjadi pada daun teh –ketika mengambang di air mendidih, daun teh mengubah air itu.
          “Seperti apakah kau?” tanya sang orang bijak kepada petani itu. “Ketika kesulitan mengetuk pintumu, bagaimana kau menanggapinya? Apakah kau sebuah wortel, telur, atau daun teh?”

Wortel yang kelihatannya kuat menjadi lembek setelah dihadapkan pada penderitaan dan kesukaran. Telur, awalnya memiliki hati yang rapuh dan spirit yang cair, tapi menjadi keras serta kaku setelah mendapat kesulitan dalam hidup. Tetapi daun teh benar-benar mengubah air mendidih yang menjadi penderitaannya. Ketika air memanas, teh melepaskan aroma dan rasanya. Jika menjadi daun teh, dalam keadaan terburuk, kita malah menjadi semakin baik dan mengubah situasi di sekeliling.
          Aku kutip salah satu paragraf yang paling aku suka di buku ini.

Rencana Tuhan adalah setiap orang memiliki kebahagiaan yang cukup untuk membuat mereka merasa manis, kesukaran yang cukup untuk membuat mereka kuat, kesedihan yang cukup untuk mempertahankan kemanusiaan mereka, dan harapan yang cukup untuk membuat mereka bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TASK] Proposal Usaha (Kewirausahaan)

Ini tugas bikin proposal waktu kelas sebelas hihi :3 Gak tau bener gak tau nggak soalnya dulu gak sempet direview sama gurunya -,- Disusun oleh: Asti Nurhayati Sri Isdianti Kelas XI-AP4 SMK Negeri 1 Garut 2012-2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Nama dan Alamat Perusahaan Toko Buku   “27 RADAR” Jl.   Radar   No. 27 Garut B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Usaha Ø     Penanggung jawab 1: Nama : Asti Nurhayati Nurjaman   TTL : Garut, 19 Agustus 1996   Ø      Penanggung jawab 2: Nama : Sri Isdianti TTL : Garut, 12 September 1996   C. Informasi Usaha          Usaha toko buku yang kami kelola ini berada di Jl.   Radar   No. 27, merupakan lokasi yang sangat strategis yang berada di pusat kota Garut ini, bisa dengan mudah dijangkau oleh kendaraan apapun. Juga terletak di antara banyaknya pusat perkantoran serta sekolah-sekolah sehingga menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kami karena berdekatan dengan banyak

[BOOK REVIEW] Sejarah Ekonomi Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag Penerbit: Gramata Publishing Tebal Buku: xiv + 322 halaman ISBN: 978-602-96565-1-0 Harga: Rp. 69.000,- Sumber gambar: goodreads Ada kesenjangan epistemologi yang mengemuka lebar tatkala ingin menampilkan literatur sejarah pemikiran ekonomi. Nilai fairness dan transparansi seolah sulit untuk dibuka ketika dihadapkan pada siapa menemukan apa karena bermuara pada “otoritas klaim.” Fakta-fakta ironis menyebutkan bahwa seringkali hasil karya ilmuwan muslim kita diabaikan oleh sarjana barat, padahal mereka sendiri secara implisist mengakui banyak karyanya telah diilhami oleh  pemikir Islam atau karya mereka tidak pure lagi karena sebelumnya sudah diketemukan teori oleh sarjana muslim. Hanya bisa dihitung dengan jari penulis-penulis barat yang mengakui bahwa konsep-konsep atau teorinya berasal dari pemikir Islam. Secara simplistis saja,

[BOOK REVIEW] AYAH Tanpa Tapi

Surga juga ada di telapak kaki ayah – pada setiap langkah yang ia ambil untuk terus menyambung nafas dan menumbuhkanmu, ada surga. (Seribu Wajah Ayah – hlm. 16)             Ayah, salah satu bilah tervital dalam hidup yang dikatakan Rasulullah setelah penyebutan Ibu yang diulang sebanyak tiga kali.             Ibu, ibu, ibu, baru ayah .            Repetisi yang menomorempatkan ayah bukan berarti kita harus menomorsekiankan pula sosok itu dalam hidup. Tidak sama sekali.           Memang, kebanyakan figur ayah tidak sama dengan ibu. Jika ibu seakan tak pernah kehabisan agenda kata yang berlalu lalang di telinga kita, beda halnya dengan ayah yang bahkan seolah enggan untuk bersuara walau hanya sekecap. Pun, sering kali kita lebih nyaman bersandar di punggung ibu yang ekspresif dibanding harus bercengkrama dengan sosok ayah yang cenderung defensif.            Meski tidak menutup kemungkinan tidak semua ayah berkarakter begitu, tapi itu juga tak dapat dipungkiri, kan?