Langsung ke konten utama

[CREATE IT] PING!!! BBM Naik?


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Ini tulisan iseng waktu lagi ribut-ributnya kenaikan harga BBM hihi :D


“PING!!!”
“BBM naik?”
“Demo? Anarkis nggak demonya? Yakin nggak? Bagus deh kalo nggak.”
“Apa? Nggak ada angkot satu pun? Katanya tiga hari mereka mogok massal? Wah berangkat ke kampus gimana? Oh mau bolos dulu aja?”
            Rencana kenaikan harga BBM memang sudah gencar berlarian dan berlalu lalang dari mulut ke mulut, menjalar ke telinga, dan menyentil otak setiap kepala untuk mengemukakan komentar yang bervariasi. Namun, jutaan jantung dibuat mencelos oleh pernyataan si raja blusukan beserta para jajarannya yang secara mendadak meresmikan harga baru BBM pada hari Senin (17/11/14) malam lalu. Kebijakan kontroversial tersebut mengundang reaksi yang berwarna-warni dari seluruh lapisan masyarakat. Pro dan kontra, manis bahkan pedas dengan level tinggi. Aksi demo para buruh, mahasiswa, juga para pahlawan transportasi yang bahkan mengadakan aksi mogok massal selama beberapa hari yang membuat banyak orang kelimpungan tanpa kehadiran para sopir yang selalu menjadi kawan perjalanan mereka.
            Sangat disayangkan mengenai reaksi-reaksi negatif yang mencuat sehingga turut berimbas buruk pada aspek lain dalam kehidupan. Seperti efek domino, bukankah kebijakan yang tidak prorakyat memang secara otomatis akan mengubah tatanan kehidupan? Baiklah, kita simpan dulu retorika ini.
            Demo? Tidak ada yang salah dengan demo karena Indonesia adalah negara demokrasi bukan? Tapi, haruskah dengan cara anarkis merusak infrastruktur serta mengganggu ketertiban umum? Bukankah mahasiswa adalah kalangan terpelajar dan terdidik?
            Terlambat kusadari, kau teramat berarti~ Eh kok malah nyanyi? Cieee yang baru sadar kalau tukang angkot ternyata begitu sangat berarti. Tak dipungkiri, kalangan menengah ke bawah sangat membutuhkan kehadiran mereka yang selalu menjadi kawan perjalanan sehari-hari. Bahkan dapat dibilang nyaris mendekati ketergantungan. Buktinya, di saat jalanan melompong tanpa kehadiran mereka, bingung setengah mati langsung menyergap untuk bepergian, dan bahkan banyak yang menggagalkan kegiatan yang sudah menjadi rutinitas. Misalnya, tak sedikit dijumpai di beberapa tempat pendidikan dan beberapa perusahaan yang tampak sepi karena sulitnya akses untuk menjangkaunya, terkhusus bagi kalangan yang tak memiliki kendaraan pribadi.
            Bagaimana ini? Haruskah produktivitas menurun karena kebijakan pemerintah yang katanya untuk mengalihkan dari sektor konsumtivitas pada produktivitas? Apa karena keputusan tersebut dinilai tidak prorakyat? Benarkah tidak prorakyat? Kenapa bisa secepat itu menilai sesuatu yang bahkan baru akan dijalankan?
            Dampak positif dan negatif memang seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Namun, ada baiknya agar kita lebih menggali hal-hal positif untuk menutupi bahkan menghapus akibat negatif yang akan timbul.
            Keberanian para kawan-kawan mahasiswa untuk turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat menolak kenaikan harga BBM memang patut diapresiasi. Namun demo dengan tema serupa banyak dilakukan oleh kalangan lain, seperti para buruh misalnya, dan kondisi inilah yang bisa menjadi titik awal bagi para mahasiswa untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Lets be creative! Aksi penolakan kenaikan BBM biar ditangani kalangan yang lebih tahu dan lebih berwenang dalam menyelesaikannya. Bukankah ada DPR yang bertugas mengawasi pemerintahan yang dijalankan presiden? Tapi kan konflik di DPR saja belum sepenuhnya pulih, bagaimana bisa mereka bekerja jika keadaan internalnya sendiri masih saja semrawut? Terlepas dari permasalahan tersebut, percayalah bahwa mereka adalah orang-orang terpilih yang pasti bisa menempatkan segala sesuatu sesuai porsi masing-masing.
            Lets be creative? Yes! Ini adalah momen yang tepat untuk membuktikan ucapan bahwa mahasiswa adalah agent of change. BBM naik? Siapa takut! Karena mahasiswa akan mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyikapinya dengan perubahan gaya hidup. Bayangkan jika seluruh mahasiswa di Indonesia bekerja sama untuk mendemonstrasikan pada seluruh rakyat Indonesia tentang pentingnya meminimalisir ketergantungan pada BBM. Bagaimana caranya? Mari kita galakkan budaya hidup sehat dan hemat dengan cara berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau alat transportasi lain selama jarak tempuh perjalanan masih dapat dijangkau dengan tenaga tanpa melibatkan segala sesuatu yang berbau BBM. Mudah bukan? Sangat mudah jika hanya dikatakan dan ditulis di atas kertas. Namun diperlukan upaya kuat yang masif untuk menanamkan pentingnya mengubah tatanan hidup pada benak setiap individu di tengah kondisi pluralisme di bumi pertiwi ini. Jika kondisi tersebut dapat diwujudkan secara komprehensif, konsisten disertai komitmen tinggi, terlepas dari permintaan agregat BBM yang mungkin akan terganggu, secara tidak langsung kita juga telah berkontribusi dalam wujud manifestasi nyata dan besar terhadap kelestarian lingkungan yang saat ini keadaannya cukup mengkhawatirkan. Selain itu, kita juga akan menghemat penggunaan BBM di tengah semakin berkurangnya persediaan minyak dunia untuk anak-cucu kelak. Hemat dan sehat untuk kebaikan saat ini serta bekal hidup masa depan. Tunggu apa lagi? Tak perlu ada lagi bolos-bolosan kan? Kecuali jika jarak tempuh yang diperlukan sangat jauh dan tak ada alternatif lain, boloslah selama para tukang angkot menikmati liburan di hari mogok massal mereka. Tapi jangan lama-lama ya?
            Retorika yang disimpan di atas terjawab bukan? Memang benar dampak negatif dari kenaikan BBM sangat banyak bahkan hampir mencakup berbagai aspek dalam kehidupan. Namun jika ada upaya positif untuk menutupi satu per satu akibat yang tak diinginkan itu, secara perlahan namun pasti keseimbangan tatanan hidup akan terwujud dengan sendirinya,. Seperti teori invisible hand­-nya Adam Smith bahwa pasar akan menemukan titik keseimbangan dengan sendirinya.
            Sebenarnya upaya-upaya untuk mensosialisasikan gerakan perubahan adalah kewajiban semua umat manusia. Siapapun itu tanpa pandang bulu, bukan keharusan mahasiswa saja yang memang sering disebut agen perubahan. Tapi kenapa dalam tulisan ini lebih ditekankan pada para mahasiswa? Ini merupakan bentuk keprihatinan karena kerap kali kerusuhan, bentrok dengan aparat keamanan atau sejenis kesemrawutan lain yang selalu terjadi di saat mahasiswa turun ke jalan untuk berdemonstrasi meneriakkan suara-suara rakyat, bahkan disertai perusakan infrastruktur-infrastruktur publik. Kenapa harus selalu seperti itu? Bukankah etika harus senantiasa diterapkan dalam keadaan apapun? Jadi, daripada melakukan aksi yang dalam pelaksanaannya malah menabrak koridor etika,  bukankah jauh lebih baik jika ramai-ramai kita berpawai mengendarai sepeda ataupun berjalan kaki mengajak semua lapisan masyarakat untuk beralih pada gaya hidup sehat dan hemat serta menggali banyak hal positif dari sesuatu yang terjadi? Seperti yang dilakukan oleh walikota Bandung Ridwan Kamil yang mengunggah fotonya yang tengah bersepeda ke akun twitter dan mendapat banyak sekali tanggapan positif dari netizen.
            Benar kan? Positif dan negatif memang tak bisa dipisahkan, namun jika ada upaya sungguh-sungguh untuk memudarkan wujud-wujud negatif, yakinlah segala hal yang positif akan menutupi bahkan menghapuskan semuanya. Positif? Omong-omong soal positif, kenapa juga kita tidak membiasakan diri untuk berpikiran positif? Bukankah kita masih berada dalam masa transisi pemerintahan? Itu berarti masih diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan pemerintahan baru yang berada di bawah payung Jokowi-JK bukan? Presiden beserta jajarannya mengatakan bahwa kenaikan BBM merupakan upaya pengalihan subsidi dari sektor konsumtif pada sektor produktif untuk pemerataan segala aspek kehidupan di tanah air ini. Terlepas dari motif-motif tersembunyi yang mungkin saja ada dalam permainan politik, bukankah tujuan yang diutarakan presiden adalah suatu iktikad yang sangat baik? Apa salahnya untuk memberi kesempatan pada pemerintahan baru dan mencoba untuk beradaptasi dengan mereka? Benar atau salah, nyata atau sekedar isapan jempol belaka, barulah kita beraksi jika saja terbukti tak ada perubahan dalam hajat hidup di bumi zamrud khatulistiwa ini.

            Jadi, mari kita beralih pada gaya hidup sehat dan hemat. Melatih diri agar senantiasa berpikir positif dalam menyikapi permasalahan sehingga tak ada lagi demo anarkis dan bahkan mogok massal bagi para penyedia jasa angkutan umum terutama angkutan darat. Bukan tidak mungkin suatu saat kenaikan BBM akan terjadi lagi, siapa yang tahu? Dan apakah kejadian-kejadian seperti beberapa hari yang lalu harus terulang lagi andai saja harga BBM kembali meningkat? Anarkis lagi? Mogok massal lagi? Bolos lagi? Jangan sampai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TASK] Proposal Usaha (Kewirausahaan)

Ini tugas bikin proposal waktu kelas sebelas hihi :3 Gak tau bener gak tau nggak soalnya dulu gak sempet direview sama gurunya -,- Disusun oleh: Asti Nurhayati Sri Isdianti Kelas XI-AP4 SMK Negeri 1 Garut 2012-2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Nama dan Alamat Perusahaan Toko Buku   “27 RADAR” Jl.   Radar   No. 27 Garut B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Usaha Ø     Penanggung jawab 1: Nama : Asti Nurhayati Nurjaman   TTL : Garut, 19 Agustus 1996   Ø      Penanggung jawab 2: Nama : Sri Isdianti TTL : Garut, 12 September 1996   C. Informasi Usaha          Usaha toko buku yang kami kelola ini berada di Jl.   Radar   No. 27, merupakan lokasi yang sangat strategis yang berada di pusat kota Garut ini, bisa dengan mudah dijangkau oleh kendaraan apapun. Juga terletak di antara banyaknya pusat perkantoran serta sekolah-sekolah sehingga menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kami karena berdekatan dengan banyak

[BOOK REVIEW] Sejarah Ekonomi Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag Penerbit: Gramata Publishing Tebal Buku: xiv + 322 halaman ISBN: 978-602-96565-1-0 Harga: Rp. 69.000,- Sumber gambar: goodreads Ada kesenjangan epistemologi yang mengemuka lebar tatkala ingin menampilkan literatur sejarah pemikiran ekonomi. Nilai fairness dan transparansi seolah sulit untuk dibuka ketika dihadapkan pada siapa menemukan apa karena bermuara pada “otoritas klaim.” Fakta-fakta ironis menyebutkan bahwa seringkali hasil karya ilmuwan muslim kita diabaikan oleh sarjana barat, padahal mereka sendiri secara implisist mengakui banyak karyanya telah diilhami oleh  pemikir Islam atau karya mereka tidak pure lagi karena sebelumnya sudah diketemukan teori oleh sarjana muslim. Hanya bisa dihitung dengan jari penulis-penulis barat yang mengakui bahwa konsep-konsep atau teorinya berasal dari pemikir Islam. Secara simplistis saja,

[BOOK REVIEW] AYAH Tanpa Tapi

Surga juga ada di telapak kaki ayah – pada setiap langkah yang ia ambil untuk terus menyambung nafas dan menumbuhkanmu, ada surga. (Seribu Wajah Ayah – hlm. 16)             Ayah, salah satu bilah tervital dalam hidup yang dikatakan Rasulullah setelah penyebutan Ibu yang diulang sebanyak tiga kali.             Ibu, ibu, ibu, baru ayah .            Repetisi yang menomorempatkan ayah bukan berarti kita harus menomorsekiankan pula sosok itu dalam hidup. Tidak sama sekali.           Memang, kebanyakan figur ayah tidak sama dengan ibu. Jika ibu seakan tak pernah kehabisan agenda kata yang berlalu lalang di telinga kita, beda halnya dengan ayah yang bahkan seolah enggan untuk bersuara walau hanya sekecap. Pun, sering kali kita lebih nyaman bersandar di punggung ibu yang ekspresif dibanding harus bercengkrama dengan sosok ayah yang cenderung defensif.            Meski tidak menutup kemungkinan tidak semua ayah berkarakter begitu, tapi itu juga tak dapat dipungkiri, kan?