Langsung ke konten utama

[BOOK REVIEW] Menghafal Al-Quran? Luruskan Niat dan Bulatkan Tekad, Yuk?

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم






Judul: Sembilan Langkah Mudah Menghafal Al-Quran
Penulis:
Majdi Ubaid Al-Hafizh
Penerbit: AQWAM
Tebal Buku:
224halaman
Cetakan Pertama:
Oktober 2014 M/Muharram 1435 H
Cetakan Kedua: Januari 2015 M/Rabiul Awwal 1436 H
Cetakan Keenam: Maret 2015 M/Jumadil Akhir 1436 H
ISBN: 978-979-039-331-8
Harga: Rp. 73.000,-
Sumber gambar: lazada



Sebenarnya, menghafal Al-Quran dan mengamalkannya adalah impian hidup kita sebagai seorang Muslim, bahkan agenda terpenting hidup kita. Tapi, kita sering beralasan tidak memiliki waktu dan kemampuan sehingga sampai saat ini kita tak kunjung berusaha untuk menghafal Al-Quran.
Penulis telah menelaah sebagian besar buku yang ditulis tentang teknik menghafal Al-Quran, dan menyimpulkan bahwa semua buku tersebut masih memerlukan sebuah buku yang ditulis bersandarkan pada ilmu modern. Terutama tentang riset otak manusia, kekuatan ingatan, dan teori belajar modern. Dalam praktiknya, penulis juga telah menggelar seminar dan pelatihan menghafal Al-Quran melalui metode belajar modern dan berhasil secara efektif.
Melalui buku ini, penulis telah melakukan terobosan revolusioner lewat teknik mengingat efektif yang ia terapkan dalam menghafal Al-Quran. Penulis juga mampu menunjukkan jalan kepada kita untuk menghilangkan alasan-alasan yang acapkali muncul ketika kita berusaha menghafal Kitabullah yang begitu besar ganjarannya.
Gaya bahasa yang dipakai dalam buku ini sangat komunikatif, seolah penulis sedang bertutur langsung di depan kita; mengajak kita, bertanya kepada kita, dan memandu kita. Satu hal lagi, “9 Langkah” yang dipaparkan di dalam buku ini sangat realistis untuk diterapkan, baik untuk anak-anak, remaja, maupun orang tua.




Perasaan aku setelah membaca buku ini adalah menyesal. Menyesal karena tidak dari dulu membeli lalu membaca kemudian mengamalkan buku ini. Berkali-kali aku ke Gramedia dan selama itu pula aku melewatkan buku ini begitu saja. Ada minat membaca tanpa niat membeli. Kenapa? Karena aku memprediksi kalau buku ini pasti sama dengan buku-buku tips yang lain, dan daripada kecewa karena terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi pada buku ini, lebih baik aku biarkan saja hehehe.
Tapi ternyata perkiraanku terhadap buku ini salah. Setelah akhirnya buku ini ada di hadapan dan mulai dibuka lembar demi lembar, aku langsung mengangkat topi untuk penulis buku ini hehehe.
Namun ada hal penting yang harus menjadi fokus utama. See.
Membacanya mudah, anak TK pasti bisa jika disuruh melalap habis isi buku ini.
Membelinya apalagi. Ah tidak, mungkin mencari dananya yang tak mudah :V
Yang harus menjadi perhatian kita selanjutnya adalah, apa yang kita dapat setelah membacanya? Setelah mengkhatamkan buku ini, apakah kita bisa langsung mengamalkannya secara konsisten?
Nah, ini yang menurutku sulit. Diperlukan pengendalian diri yang kuat agar waktu yang telah digunakan untuk membaca buku ini tidak sia-sia begitu saja tanpa aktualisasi yang berkelindan. Diperlukan pengerahan usaha yang keras agar uang yang telah dikeluarkan untuk membeli buku ini tidak mubadzir begitu saja tanpa pengamalan yang istiqamah.
Membaca à Memahami àMengamalkan.
Eh, tapi kurang ya? Harusnya di awal ada ‘Membeli’, atau kalau bisa, ‘Meminjam’? :V
Ayo! Kita pasti bisa mewujudkan proyek mahabesar ini!!!^^9


Selanjutnya, kenapa aku post review buku ini?
Pertama, karena ada beberapa teman yang meminta aku untuk meriviewnya sesingkat mungkin -,-
Kemudian, seperti pada post-post sebelumnya, aku tekankan, sama sekali tak ada niat menggurui atau sejenisnya. Aku hanya ingin membagi hal-hal yang aku dapat dari buku dan berharap mudah-mudahan bisa bermanfaat juga untuk kalian. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat, kan? Hehehe.
Oke, mending sekarang kita masuk ke intinya deh ya^^


Kita semua pasti sudah tahu apa itu Al-Quran? Ya, kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai mukjizat terbesar yang akan menjadi petunjuk kehidupan manusia. Ya, Al-Quran memang akan menjadi petunjuk jika kita bukan hanya mampu membacanya dengan indah, tetapi juga mampu memaknai serta mengamalkannya. Ada satu lagi yang sering dilupakan, bahwa pengamalan akan terasa lebih mantap jika kita juga hafal isi dari petunjuk itu. Ya, hafal.
            Setiap muslim, bagaimana pun dia, -seperti diungkapkan pada blurbs buku di atas- pasti memiliki keinginan untuk menghafal Al-Quran. Ya, tidak lebih. Hanya itu saja. Sekadar keinginan. Niat menghafal Al-Quran seringkali hanya mengawang di dalam pikiran tanpa ada upaya untuk mewujudkannya. Kalau begitu kapan hafalnya dong ya? Kalau emang mau, niat, kenapa nggak mulai menghafal? Ada berbagai alasan yang dikemukakan orang-orang dalam buku ini, yaitu:
·       Sebagian beralasan dengan banyaknya kesibukan dan tidak adanya waktu.
·       Sebagian lain berasal dengan pekerjaan, studi, atau, keluarga.
·       Bahkan sebagian lagi mencela orang tua yang tidak mengikutsertakannya untuk belajar menghafal Al-Quran semenjak kecil.
Lalu, kenapa sih alasan-alasan itu bisa dengan mudahnya keluar dari mulut kita?
“Selama 12 tahun, sekolah menjadi prioritas dalam hidup kita.”
“Kita Menghabiskan Separoh Hidup Kita Ketika Kondisi Sadar dalam Keadaan Bekerja.”
            Pertanyaannya sekarang adalah, Apakah Al-Quran Menjadi Prioritas dalam Hidup Kita? Mengapa kita tidak pernah mengkhususkan waktu untuk menghafalkan Al-Quran setiap harinya? Jadi, sebabnya bukan karena banyaknya pekerjaan dan sedikitnya waktu, tapi karena menghafal Al-Quran bukan menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Karena, jika menghafal Al-Quran tidak menjadi poros hidup dan pusat amal kita, kita tidak akan pernah mampu menghafal Al-Quran selama-lamanya.
Dan, ada satu kata yang menjadi penyebab sebenarnya kita tak kunjung melangkah. Adalah IBLIS yang telah sukses membuat kita jauh dari Al-Quran yang otomatis pula membentangkan jarak antara kita dengan Sang Pencipta.
Sekarang kita akan masuk ke dalam inti buku. Langkah-langkah menghafal Al-Quran.

Langkah Pertama: Menanamkan Kerinduan, Kecintaan, dan Keinginan yang Menyala-nyala untuk Menghafal Al-Quran
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana cara kita memiliki perasaan seperti itu? Bagaimana cara kita menghadirkan kerinduan dan keinginan itu?
            Ada dua jawaban untuk pertanyaan tersebut:
Ø Mengetahui Kedudukan Al-Quran Al-Karim
·       Al-Quran adalah kitab petunjuk, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 185 yang artinya, “Petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”
·       Al-Quran adalah cahaya, seperti dalam surat Al-Maidah ayat 15, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.”
·       Al-Quran adalah kitab yang penuh hikmah, dalam surat Yã Sin ayat 1-2, “Yã Sin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah.”
Dan masih banyak lagi kedudukan Al-Quran yang dijelaskan dalam buku ini dengan ayat-ayat penjelasnya. Namun, kenapa sampai sekarang kita masih saja menjauhinya? Masih saja tidak mentadaburinya dan bahkan mulai menghafalnya?
“Maka apakah mereka tidak mentadaburi Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah: 74)
Ø Merasakan Keagungan Pahala Menghafalkan Al-Quran Al-Karim
·       Menghafal Al-Quran adalah bentuk taqarrub kepada Allah yang paling agung. “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)
·       “Ahlul Quran adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya. (Shahih Ibnu Majah)
·       Penghafal Al-Quran adalah orang yang paling pantas dicemburui, dan lain-lain.
Sudah membaca dua jawaban atas pertanyaan dari langkah pertama tapi masih belum dapat juga perasaan yang dimaksud? Atau masih sering lengah dan malas di tengah jalan? Yuk kita bayangkan keutamaan-keutamaan ini.
Sebaik-baik umat.
Keluarga Allah.
Bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil.
Syafaat pada hari kiamat.
Derajat-derajat surga.
            Mengapa langkah pertama menekankan kita agar menumbuhkan rasa cinta pada Al-Quran? Karena kecintaan dan merasakan urgensi menghafal akan meningkatkan kekuatan mengingat kita kurang lebih 20 hingga 30%, karena sebenarnya cepatnya seseorang dalam menghafal Al-Quran berkaitan erat dengan seberapa besar kecintaan dan kerinduannya. Karena ketika otak manusia merasakan urgensi sebuah urusan, apa pun itu, ia akan mempersembahkan penopang dan jalan untuk menyukseskan urusan tersebut.

        Langkah Kedua: Memupuk Ikhlash, Tawakal, dan Doa
            Mengapa kita menghafal Al-Quran?
            Untuk mencari wajah Allah? Untuk mencari pahala dan balasan? Mencari derajat yang tinggi? Mencari surga Firdaus yang tinggi? Ataukah agar dilihat manusia? Agar disebut seorang hafizh? Atau ingin mencari popularitas?
Demi Allah, sesungguhnya urusan niat bukanlah perkara sepele.
Sufyan Ats-Tsauri: “Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih sulit dariapada mengoreksi niatku.”
            Yuk kita bersihkan niat dan menjernihkan batin dari syirik kecil, yaitu perasaan riya. Yuk kita berjuang menghafal dan bertawakal kepada Allah agar senantiasa menjaga lahir dan batin kita. Dan yang juga tak boleh dilupakan adalah berdoa. Berdoa meminta izin pada Allah SWT. sang pemilik kalam untuk meminta izin menghafal kalam-kalam-Nya yang sangat indah.

Langkah Ketiga: Jangan Banyak Beralasan
Ä    Kedua orangtuaku tidak memotivasiku untuk menghafal sewaktu kecil, sementara sekarang aku sudah besar.
Ä    Saya tidak bisa menghafal Al-Quran karena sibuk.
Ä    Jika menghafal, aku pasti lupa, tidak ada motivasi untuk berusaha menghafal.
Jangan banyak beralasan, menghafal adalah tanggung jawab Anda sendiri.
            Sesungguhnya, iblislah yang berada di balik segudang alasan yang dengan ringannya meluncur dari mulut kita itu. Berhentilah mengemukakan alasan karena pada saat itu iblislah yang menjadi pemenang. Padahal pada hari kiamat nanti, ia bahkan berlepas diri dari kita.
            Selama ini kita lebih percaya pada diri kita dengan segudang alasan dalam diri yang bahkan menghambat impian kita. Sehingga kita semakin lemah untuk mencurahkan segenap daya upaya untuk merealisasikan impian kita, yaitu menghafal Kitab Rabb kita.
            Yuk kita tinggalkan alasan-alasan itu dan memulai kehidupan baru untuk mewujudkan impian mulia kita. Semuanya akan mudah, dengan izin Allah.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)

        Langkah Keempat: Menguatkan Keyakinan Diri dan Kata-Kata Positif
            Apa mungkin kita bisa menghafal satu lembar mushaf dalam waktu sepuluh menit, tujuh menit, atau kurang dari itu?
            Sesungguhnya keyakinan terhadap diri sendiri dan berpikir positif –disertai kecintaan dan kerinduan pada Al-Quran– berpean lebih dari 90% dalam menyukseskan program menghafal dan mengingat.
            Optimis atau pesimis? Seperti halnya banyak buku motivasi lain yang sudah aku baca, di bagian ini penulis sangat menegaskan pentingnya bagi kita untuk menerapkan hukum pikiran. (Kalau dalam buku Rahasia Memaksimalkan Potensi Lewat Kekuatan Pikiran Bawah Sadar Untuk Meraih Kekayaan dan Kesuksesan di postingan sebelumnya hal ini disebut afirmasi). Kita harus senantiasa terus mensugesti diri dengan kata-kata positif yang akan menghidupkan tekad kita untuk menggapai impian. Hindari pikiran negatif yang akan menjadi penghalang dalam menghafal.
77% bisikan kepada diri sendiri adalah negatif.
Jadi, belajarlah bahasa yang positif.
            Di bagian ini juga dipaparkan banyak sekali fakta menakjubkan tentang kesempurnaan tubuh yang telah diamanatkan oleh Sang Khalik pada manusia. Beberapa diantaranya yaitu.
Ø Otak manusia mampu menerima 100 juta pengetahuan. Pikiran kita bergerak dengan cepat melampaui 200.000 km/detik (lebih cepat dari cahaya).
Ø Telinga manusia terdiri 24.000 serabut yang mampu menelusuri perbincangan yang besar dan mendeteksi getaran molekul udara.
Ø Di dalam tubuh manusia terdapat energi atim tersembunyi yang cukup digunakan untuk membuat kota terbesar di dunia beberapa kali.
Allahu Akbar.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menuntaskannya.” (An-Nahl: 18)
            Sekarang kita sudah tahu bagaimana hebatnya kekuatan dalam diri kita yang sangat menakjubkan itu. Masih mau pesimis karena alasan-alasan negatif yang bersemayam dalam diri kita? Astaghfirullah. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah. Kenapa masih saja tidak yakin? Kenapa masih belum memulai menghafal? Masih perlu fakta lain untuk menguatkan?
            Master memori, Tony Buzan mengatakan, “Jika kita ingin mempermisalkan kekuatan dan kemampuan komputer tercanggih yang ada di dunia dengan dua tingkatan, maka sesungguhnya kemampuan dan kekuatan otak Anda mampu melampauinya jauh di atas awan dari 100 tingkatan-----“
            `Yuk kita hapus pesimis dan reset keyakinan untuk meledakkan kekuatan yang tersembunyi dalam diri. Yuk kita ganti kata-kata negatif dengan kata-kata positif dengan mengulangi kalimat di bawah terus-menerus.
Aku akan mengonsentrasikan kekuatan otakku.
Daya ingatku tajam.
Nikmat-nikmat Allah yang ada pada diriku begitu berlimpah.
Aku bisa menghafal satu lembar Al-Quran dalam waktu tujuh menit atau kurang.
Ya Allah, tolong aku dalam menghafal Kitab-Mu.

        Langkah Kelima: Menciptakan Rasa Rileks dan Suasana Belajar yang Ideal
Janganlah Anda menghafal kecuali dalam keadaan rileks dan tenang.
            Lalu, kapan kita harus mulai menghafal? Ada empat tingkatan gelombang dalam otak.
Ø Tingkatan pertama: Tingkatan Beta (16-30 Hz/s)
Tingkatan beta tidak baik untuk menghafal secara mutlak.
Karena pada tingkatan ini banyak dipengaruhi oleh pikiran-pikiran dan bisikan negatif.
Ø Tingkatan kedua: Tingkatan Alpha (8-15 Hz/s)
Tingkatan ini disebut sebagai kondisi belajar yang ideal.
            Tingkat ini dicirikan dengan rileks, khusyuk, tenang, dan tentram. Secara alami kita berada pada tingkatan ini saat tengah khusyuk dalam solat, menjelang tidur, dan mendengar nasihat inspiratif.
Ø Tingkatan ketiga: Tingkatan Tetha (5-7 Hz/s)
Ditandai dengan sikap rileks yang dalam dan mengantuk.
Ø Tingkatan keempat: Tingkatan Delta (1-4 Hz/s)
Ini adalah tingkatan terdalam dari tidur, di mana kita tidak tahu tentang sebagian besar rahasia-rahasianya.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara kita untuk mencapai tingkatan Alpha?
Ø Bernafas yang dalam
Kebanyakan kita bernafas dengan cepat dan dari atas dada yang disebut nafas dangkal yang akan menyebabkan rasa pusing disertai gelisah, kadar oksigen ke pembuluh darah dan otak tidak cukup. Bernafas yang dalam bisa mengobati 75% penyakit dalam tubuh. Sebab, bernafas dalam mampu memperkuat limpa, menajamkan kekuatan, dan menambah konsentrasi.
Mari belajar cara bernafas dengan latihan 2, 1, 4 untuk masuk pada tingkatan Alpha.
Ambil nafas yang dalam selama 2 detik, lalu tahan udaranya selama 1 detik, kemudian keluarkan udara tersebut dari mulut selama 4 detik.
            Ulangi hingga tujuh sampai sepuluh kali dan kita juga bisa mempraktikan kelipatannya, seperti 4, 2, 16.

        Langkah keenam: Melakukan Visualisasi
          Mengapa kita begitu semangat dan tekun di awal-awal tapi tidak lama kemudian menjadi malas bahkan meninggalkan aktifitas menghafal? Mengapa kita bisa cepat hafal sekaligus cepet lupa?
Al-Quran lebih cepat hilang daripada lepasnya seekor unta dari ikatannya.
            Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk terus mengulangi ayat-ayat yang sudah kita hafal. Untuk menghilangkan rasa malas mengulang, terapkan dalam pikiran kita bahwa menghafal Al-Quran adalah visi kehidupan yang terus-menerus dilakukan sejak masih bayi hingga liang lahat.
            Jika dalam postingan sebelumnya yang berjudul Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan menegaskan pentingnya mendisiplinan imajinasi karena imajinasi yang didisiplankan akan melampaui segala keterbatasan dan banyak ketidakmungkinan. Nah, hal serupa disebut visualisasi dalam buku ini. Sama saja. Kita hendaknya mendisiplinkan diri untuk membayangkan saat kita telah khatam menghafal Al-Quran dan mendapat keberkahan hidup karenanya, mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah karena impian mulia yang telah tercapai itu, mendapat syafaat pada hari kiamat, dan mempunyai teman pendamping di alam kubur. Terus lakukan. Disiplinkan bayangan itu. Rasakan bahwa saat ini kita sudah berada di posisi yang ada dalam imajinasi kita, hafal Al-Quran 30 juz. Di sini ada tiga waktu utama yang dianjurkan bagi kita untuk melakukakn visualisasi, yaitu sebelum menghafal, sebelum tidur, setiap selesai shalat.
            Kenapa kita harus melakukan visualisasi? Pada dasarnya, alam bawah sadar tidak membedakan antara realitas dan visualisasi. Sehingga, dalam sekejap imajinasi tersebut akan terbentuk dalam memori otak dan akan menjadi satu bagian yang utuh tidak terpisahkan dari diri kita.
            Setiap kali perasaan ingin mundur dari kegiatan menghafal Al-Quran datang, segera lakukan afirmasi dan visualisasi. Lalu berdiri dan bangkitlah, serta minta perlindungan pada Allah dari setan yang terkutuk.

        Langkah Ketujuh: Optimalisasi Panca Indra
          Pada umunya kita akan mengingat:
          20% dari yang kita baca.
          30% dari yang kita dengar.
          40% dari yang kita lihat.
          50% dari yang kita ucapkan.
          60% dari yang kita kerjakan.
          a dari yang kita lihat, dengar, ucapkan, dan kerjakan.
            Pasti ada indra tertentu yang mendominasi dan selalu diandalkan untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, sebenarnya kita dapat mencoba menggunakan seluruh panca indra secara bersamaan agar kegiatan pembelajaran lebih efekif. Caranya?
            Kenapa harus dengan posisi seperti di bawah? Iya itu tadi, strategi ini bertujuan supaya kita dapat mengoptimalkan seluruh indra ketika menghafal ayat demi ayat.
            Oke, aku jelaskan sedikit. Di bawah ada gambar mata yang condong ke pojok kiri atas. Kenapa? Si penulis berkata, “Coba ingat masa-masa Anda di sekolah dasar! Apa warna dinding sekolahan itu?” Ketika kita mencoba mengingat gambaran sekolahan tersebut, sadar tidak sadar, pada saat itu mata akan mengarah ke pojok kiri atas. Begitu juga dengan strategi ini, untuk mengingat gambaran setiap baris ayat pada mushaf, kita tinggal mengerahkan ingatan dengan mencoba menggali ingatan dibantu dengan isyarat mata itu. Lebih jelasnya mengenai isyarat-isyarat mata, baca saja buku ini :Dv




      




            Lanjutan untuk tiga langkah di atas.
            Langkah 4: Ambil nafas dalam-dalam!
           Langkah 5: Rendahkan kepala Anda dan lihat ke arah kanan bawahm yaitu zona perasa dan peraba, lalu perdengarkan hafalan Anda.

            Yang aku rasakan saat mencoba cara ini, mata terasa lelah karena harus terus melihat ke arah kiri atas. Tangan pegal juga karena terus melayang memegang mushaf, kecuali kalau mushafnya kita tempel di tembok. Itu nggak mungkin, kan? Bisa-bisa malah jatuh -_- Tapi bisa kok, ada Al-Quran per juz ukuran saku, mungkin kita bisa menempelnya di tembok lalu duduk dengan sempurna menghadap mushaf itu. Mungkin hehehe karena aku nggak punya, cuma sempat lihat sekilas di toko buku langgananku :V  Tapi jangan khawatir, ada alternatif juga, kita bisa memegang mushaf pada posisi ingatan pendengaran yaitu mata melihat ke arah depan, biar nggak pegel hehehe.
            Terlepas dari strategi yang didasarkan pada isyarat-isarat panca indra di atas, menurutku setiap orang pasti mempunyai cara masing-masing dalam belajar. Ya, kan?
         
        Langkah Kedepalan: Murajaah (Pengulangan)
        Murajaah secara kontinyu...menguatkan hafalan.
          Murajaah secara kontinyu...lebih penting dari hafalan itu sendiri.
          Murajaah secara kontinyu...itu hakikat dari menghafal.
Al-Quran lebih mudah lepas daripada lepasnya unta dari tali kekangnya.
            Sebenarnya kita sadar dan tahu betul kalau lambat laun hafalan apa pun itu, termasuk Al-Quran pasti akan hilang jika tidak diulang. Namun ya itu, yang sering aku rasakan adalah rasa malas yang selalu saja menghadang untuk melakukan murajaah -_-
Kita melupakan 80% apa yang telah kita hafalkan dalam kurun waktu 1 sampai 24 jam.
Penulis memberikan beberapa kategori dalam murajaah.
            Murajaah 5 kategori
1.    Satu jam setelah menghafal
2.    Satu hari setelah menghafal
3.    Satu pekan setelah menghafal
4.    Satu bulan setelah menghafal
5.    Tiga bulan setelah menghafal
Ada juga tiga waktu utama yang dapat kita gunakan untuk murajaah, yaitu:
Sebelum berangkat kerja satu jam dari waktu selesai menghafal atau bagi yang sekolah, bisa diganti dengan sebelum berangkat sekolah.
Sebelum tidur. Kata penulisnya, jangan tidur sebelum murajaah, agar pikiran alam bawah sadar terbiasa mengulangnya selama tidur. Karena pada saat tidur, otak bekerja untuk merapikan informasi-informasi dan membersihkan otak dari hal-hal asing. Bahkan pada saat sedang tidur pun, nikmat Allah masih terasa begitu luar biasa :”) Allahu Akbar.
Murajaah ketika bangun tidur.
“Ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.”

        Langkah Kesembilan: Menentukan Tujuan dan Menyusun Rencana
97% manusia tidak memiliki rencana tertulis untuk mewujudkan tujuan hidupnya
Cita-cita atau tujuan yang jelas terperinci walaupun sulit, akan lebih mudah dicapai dibandingkan dengan tujuan-tujuan mudah yang masih samar-samar. Hubungannya dengan menghafal Al-Quran adalah, bahwa untuk menentukan tujuan dan perencanaan yang jelas diperlukan hal-ha sebagai berikut:
1.    Menuliskan cita-cita dengan kata-kata positif
2.    Menulis menggunakan kalimat “sekarang”
Aku baca di bukunya Adi W. Gunawan yang berjudul Manage Your Mind for Succes, dikatakan kalau orang gagal adalah orang yang selalu memikirkan hal-hal yang tak diinginkan dan ditakutkan. Misalnya aku bilang, “Aku tidak mau sedih.” Justru aku pasti merasakan kesedihan itu, karena bawah sadar tidak mengenal kata-kata negatis seperti tidak, dan kata sedih-lah yang kemudian ditangkap olehnya
Seperti disinggung dalam langkah keempat di atas, Jadi, belajarlah bahasa yang positif.
Katakan, Aku ingin hafal Al-Quran Al-Karim. Dan ingat, jangan katakan Aku akan menghafal Al-Quran Al-Karim, karena selamanya kalimat itu akan menjadi “akan” yang berkelanjutan hingga akhirnya tak ada aktualisasi dari kata “akan” itu. Jadi, katakan saja, “Aku sedang dan terus menghafal Al-Quran Al-Karim.” ^^9
3.    Kenapa Anda menginginkannya?
Semakin kuat alasan, semakin tinggi peluang tercapainya tujuan. Hwaiting!!!
4.    Tentukan indikator keberhasilan secara terpernci
Buat gambaran diri yang lebih menawan dan elok begitu proyek mahabesar ini telah tercapai. Misalnya, “Akhlaqku menjadi lebih baik, lebih Qurani begitu mengkhatamkan hafalan. Dengan izin Allah.”
5.    Tujuannya terukur dan tidak mustahil
6.    Tentukan batas waktu
Tujuan tanpa batas waktu hanyalah khayalan belaka, hanya mimpi yang tidak mungkin terwujud. Setiap tujuan harus selalu ditemukan mulai dan berakhirnya.
            Ayo kita tentukan target dari sekarang ^^ 30 juz untuk satu tahun? Dua tahun? Atau bahkan ada yang hanya dalam tiga bulan! Masya Allah :”
7.    Tujuan harus muncul dari diri sendiri
8.    Tulis faktor pendukung yang diinginkan dan rintangan yang mungkin ditemui
Nah kalau ini aku tulis seperti ini misalnya, “Rintangan yang kuhadapi adalah rasa malas yang sering kali sulit dihalau, apalagi untuk bermurajaah. Juga orang-orang serta keadaan yang acap kali tak sejalan.”
9.    Tetapkan pengaruh usaha Anda mewujudkan impian terhadap lingkungan sekitar.
10. Menuliskan tujuan di berbagai tempat.

Isi dari sepuluh poin tersebut aku rangkai menjadi beberapa paragraf dan aku tulis di bagian belakang buku ini untuk memudahkan afirmasi. Ayo, kalian juga^^9

9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran. End~

Tapi tunggu dulu :p
Perhatikan... Sebelum Anda mulai menghafal!
Ø Memperbaiki bacaan lebih diutamakan daripada menghafal
Ø Cukup menggunakan mushaf dari satu cetakan (tidak gonta-ganti mushaf)
Ø Hindari menghafal setelah menghafal, setelah bekerja, dan larut malam.
Ø Perhatikan ayat-ayat yang mirip.
Ø Mulai menghafal dar surat yang Anda sukai.
Dan masih banyak lagiiii :))

            Oh ya, buku ini juga disertai bonus DVD kisah inspiratif para penghafal Al-Quran dan murrotal 30 juz lengkap. Kisah-kisahnya bikin terharu :”))
Alhamdulillaah. Itulah ringkasan buku ini. Mudah-mudahan rangkaian kata yang aku gunakan mudah dipahami. Mudah-mudahan postingan ini bermanfaat, untuk aku khususnya, dan untuk teman-teman umumnya. (Kok jadi berasa lagi bikin kata pengantar makalah -_-).
           

            Untuk kalian yang sudah sampai melalui jalan indah ini, untuk kalian yang sudah khatam menghafal Al-Quran, semoga kalam-kalam Sang Khaliq itu senantiasa tetap terjaga dan menjadi teman sejati dalam mengarungi kehidupan.
            Untuk kalian yang tengah menempuh perjalanan indah ini, untuk kalian yang sekarang sedang berjuang menghafal ayat demi ayat lalu bergulir menuju juz, semoga kalam-kalam Sang Khaliq itu dapat melenggang dengan mudahnya ke ingatan dan terus terjaga sampai khatam nanti.
            Untuk kalian yang belum memulai perjalanan indah ini, untuk kalian yang sekarang masih mengawang dalam ragu, semoga segera tergugah untuk menghafal kalam-kalam Allah.

            Menghafal Al-Quran? Aku yakin, dengan izin Allah kita semua pasti bisa mencapai proyek mahabesar ini^^9


            Akhirul kalam, mudah-mudahan bermanfaat. Dengan izin Allah :)))









AstiNurhayatiNurjaman~

Komentar

  1. Kk, gk ada dalam bentuk PDF kk? Kalau ada boleh kirim kk..saya dah lama cari bukunya gk ada dalam bentuk PDF...makasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TASK] Proposal Usaha (Kewirausahaan)

Ini tugas bikin proposal waktu kelas sebelas hihi :3 Gak tau bener gak tau nggak soalnya dulu gak sempet direview sama gurunya -,- Disusun oleh: Asti Nurhayati Sri Isdianti Kelas XI-AP4 SMK Negeri 1 Garut 2012-2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Nama dan Alamat Perusahaan Toko Buku   “27 RADAR” Jl.   Radar   No. 27 Garut B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Usaha Ø     Penanggung jawab 1: Nama : Asti Nurhayati Nurjaman   TTL : Garut, 19 Agustus 1996   Ø      Penanggung jawab 2: Nama : Sri Isdianti TTL : Garut, 12 September 1996   C. Informasi Usaha          Usaha toko buku yang kami kelola ini berada di Jl.   Radar   No. 27, merupakan lokasi yang sangat strategis yang berada di pusat kota Garut ini, bisa dengan mudah dijangkau oleh kendaraan apapun. Juga terletak di antara banyaknya pusat perkantoran serta sekolah-sekolah sehingga menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kami karena berdekatan dengan banyak

[BOOK REVIEW] Sejarah Ekonomi Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag Penerbit: Gramata Publishing Tebal Buku: xiv + 322 halaman ISBN: 978-602-96565-1-0 Harga: Rp. 69.000,- Sumber gambar: goodreads Ada kesenjangan epistemologi yang mengemuka lebar tatkala ingin menampilkan literatur sejarah pemikiran ekonomi. Nilai fairness dan transparansi seolah sulit untuk dibuka ketika dihadapkan pada siapa menemukan apa karena bermuara pada “otoritas klaim.” Fakta-fakta ironis menyebutkan bahwa seringkali hasil karya ilmuwan muslim kita diabaikan oleh sarjana barat, padahal mereka sendiri secara implisist mengakui banyak karyanya telah diilhami oleh  pemikir Islam atau karya mereka tidak pure lagi karena sebelumnya sudah diketemukan teori oleh sarjana muslim. Hanya bisa dihitung dengan jari penulis-penulis barat yang mengakui bahwa konsep-konsep atau teorinya berasal dari pemikir Islam. Secara simplistis saja,

[BOOK REVIEW] AYAH Tanpa Tapi

Surga juga ada di telapak kaki ayah – pada setiap langkah yang ia ambil untuk terus menyambung nafas dan menumbuhkanmu, ada surga. (Seribu Wajah Ayah – hlm. 16)             Ayah, salah satu bilah tervital dalam hidup yang dikatakan Rasulullah setelah penyebutan Ibu yang diulang sebanyak tiga kali.             Ibu, ibu, ibu, baru ayah .            Repetisi yang menomorempatkan ayah bukan berarti kita harus menomorsekiankan pula sosok itu dalam hidup. Tidak sama sekali.           Memang, kebanyakan figur ayah tidak sama dengan ibu. Jika ibu seakan tak pernah kehabisan agenda kata yang berlalu lalang di telinga kita, beda halnya dengan ayah yang bahkan seolah enggan untuk bersuara walau hanya sekecap. Pun, sering kali kita lebih nyaman bersandar di punggung ibu yang ekspresif dibanding harus bercengkrama dengan sosok ayah yang cenderung defensif.            Meski tidak menutup kemungkinan tidak semua ayah berkarakter begitu, tapi itu juga tak dapat dipungkiri, kan?