بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ
اارَّحِيم
Judul: Sembilan
Langkah Mudah Menghafal Al-Quran
Penulis: Majdi Ubaid Al-Hafizh
Penulis: Majdi Ubaid Al-Hafizh
Penerbit: AQWAM
Tebal Buku: 224halaman
Cetakan Pertama: Oktober 2014 M/Muharram 1435 H
Tebal Buku: 224halaman
Cetakan Pertama: Oktober 2014 M/Muharram 1435 H
Cetakan Kedua: Januari 2015 M/Rabiul Awwal 1436 H
Cetakan Keenam: Maret
2015 M/Jumadil Akhir 1436 H
ISBN: 978-979-039-331-8
Harga: Rp.
73.000,-
Sumber gambar: lazada
Sumber gambar: lazada
Sebenarnya, menghafal Al-Quran dan mengamalkannya
adalah impian hidup kita sebagai seorang Muslim, bahkan agenda terpenting hidup
kita. Tapi, kita sering beralasan tidak memiliki waktu dan kemampuan sehingga sampai
saat ini kita tak kunjung berusaha untuk menghafal Al-Quran.
Penulis telah menelaah sebagian besar buku yang
ditulis tentang teknik menghafal Al-Quran, dan menyimpulkan bahwa semua buku
tersebut masih memerlukan sebuah buku yang ditulis bersandarkan pada ilmu modern.
Terutama tentang riset otak manusia, kekuatan ingatan, dan teori belajar
modern. Dalam praktiknya, penulis juga telah menggelar seminar dan pelatihan
menghafal Al-Quran melalui metode belajar modern dan berhasil secara efektif.
Melalui buku ini, penulis telah melakukan terobosan
revolusioner lewat teknik mengingat efektif yang ia terapkan dalam menghafal
Al-Quran. Penulis juga mampu menunjukkan jalan kepada kita untuk menghilangkan
alasan-alasan yang acapkali muncul ketika kita berusaha menghafal Kitabullah
yang begitu besar ganjarannya.
Gaya bahasa yang dipakai dalam buku ini sangat
komunikatif, seolah penulis sedang bertutur langsung di depan kita; mengajak
kita, bertanya kepada kita, dan memandu kita. Satu hal lagi, “9 Langkah” yang
dipaparkan di dalam buku ini sangat realistis untuk diterapkan, baik untuk
anak-anak, remaja, maupun orang tua.
Perasaan aku setelah membaca buku ini
adalah menyesal. Menyesal karena tidak dari dulu membeli lalu membaca kemudian
mengamalkan buku ini. Berkali-kali aku ke Gramedia dan selama itu pula aku
melewatkan buku ini begitu saja. Ada minat membaca tanpa niat membeli. Kenapa?
Karena aku memprediksi kalau buku ini pasti sama dengan buku-buku tips yang lain,
dan daripada kecewa karena terlalu menaruh ekspektasi yang tinggi pada buku ini,
lebih baik aku biarkan saja hehehe.
Tapi ternyata perkiraanku terhadap
buku ini salah. Setelah akhirnya buku ini ada di hadapan dan mulai dibuka
lembar demi lembar, aku langsung mengangkat topi untuk penulis buku ini hehehe.
Namun ada hal penting yang harus
menjadi fokus utama. See.
Membacanya mudah, anak TK pasti bisa jika disuruh
melalap habis isi buku ini.
Membelinya apalagi. Ah tidak, mungkin mencari
dananya yang tak mudah :V
Yang harus menjadi perhatian kita selanjutnya
adalah, apa yang kita dapat setelah membacanya? Setelah mengkhatamkan buku ini,
apakah kita bisa langsung mengamalkannya secara konsisten?
Nah, ini yang menurutku sulit. Diperlukan
pengendalian diri yang kuat agar waktu yang telah digunakan untuk membaca buku
ini tidak sia-sia begitu saja tanpa aktualisasi yang berkelindan. Diperlukan pengerahan
usaha yang keras agar uang yang telah dikeluarkan untuk membeli buku ini tidak
mubadzir begitu saja tanpa pengamalan yang istiqamah.
Membaca à Memahami àMengamalkan.
Eh, tapi kurang ya? Harusnya di awal ada ‘Membeli’,
atau kalau bisa, ‘Meminjam’? :V
Ayo! Kita pasti bisa mewujudkan proyek mahabesar
ini!!!^^9
Selanjutnya, kenapa aku post review
buku ini?
Pertama, karena ada beberapa teman
yang meminta aku untuk meriviewnya sesingkat mungkin -,-
Kemudian, seperti pada post-post
sebelumnya, aku tekankan, sama sekali tak ada niat menggurui atau sejenisnya. Aku
hanya ingin membagi hal-hal yang aku dapat dari buku dan berharap mudah-mudahan
bisa bermanfaat juga untuk kalian. Sebaik-baiknya manusia adalah yang
bermanfaat, kan? Hehehe.
Oke, mending sekarang kita masuk ke
intinya deh ya^^
Kita semua pasti sudah tahu apa itu
Al-Quran? Ya, kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW.
sebagai mukjizat terbesar yang akan menjadi petunjuk kehidupan manusia. Ya, Al-Quran
memang akan menjadi petunjuk jika kita bukan hanya mampu membacanya dengan indah,
tetapi juga mampu memaknai serta mengamalkannya. Ada satu lagi yang sering
dilupakan, bahwa pengamalan akan terasa lebih mantap jika kita juga hafal isi
dari petunjuk itu. Ya, hafal.
Setiap
muslim, bagaimana pun dia, -seperti diungkapkan pada blurbs buku di
atas- pasti memiliki keinginan untuk menghafal Al-Quran. Ya, tidak lebih. Hanya
itu saja. Sekadar keinginan. Niat menghafal Al-Quran seringkali hanya mengawang
di dalam pikiran tanpa ada upaya untuk mewujudkannya. Kalau begitu kapan
hafalnya dong ya? Kalau emang mau, niat, kenapa nggak mulai menghafal? Ada
berbagai alasan yang dikemukakan orang-orang dalam buku ini, yaitu:
·
Sebagian beralasan dengan banyaknya kesibukan dan
tidak adanya waktu.
·
Sebagian lain berasal dengan pekerjaan, studi,
atau, keluarga.
·
Bahkan sebagian lagi mencela orang tua yang tidak
mengikutsertakannya untuk belajar menghafal Al-Quran semenjak kecil.
Lalu, kenapa sih alasan-alasan itu bisa dengan mudahnya
keluar dari mulut kita?
“Selama 12 tahun, sekolah menjadi prioritas dalam
hidup kita.”
“Kita Menghabiskan Separoh Hidup Kita Ketika
Kondisi Sadar dalam Keadaan Bekerja.”
Pertanyaannya
sekarang adalah, Apakah Al-Quran Menjadi Prioritas dalam Hidup Kita? Mengapa
kita tidak pernah mengkhususkan waktu untuk menghafalkan Al-Quran setiap
harinya? Jadi, sebabnya bukan karena banyaknya pekerjaan dan sedikitnya waktu,
tapi karena menghafal Al-Quran bukan menjadi prioritas utama dalam hidup
kita. Karena, jika menghafal Al-Quran tidak menjadi poros hidup dan pusat
amal kita, kita tidak akan pernah mampu menghafal Al-Quran selama-lamanya.
Dan, ada satu kata yang menjadi penyebab
sebenarnya kita tak kunjung melangkah. Adalah IBLIS yang telah sukses
membuat kita jauh dari Al-Quran yang otomatis pula membentangkan jarak antara
kita dengan Sang Pencipta.
Sekarang kita akan masuk ke dalam
inti buku. Langkah-langkah menghafal Al-Quran.
Langkah
Pertama: Menanamkan Kerinduan, Kecintaan, dan Keinginan yang Menyala-nyala untuk
Menghafal Al-Quran
Pertanyaannya sekarang adalah,
bagaimana cara kita memiliki perasaan seperti itu? Bagaimana cara kita menghadirkan
kerinduan dan keinginan itu?
Ada
dua jawaban untuk pertanyaan tersebut:
Ø Mengetahui Kedudukan Al-Quran Al-Karim
·
Al-Quran adalah kitab petunjuk, seperti dalam surat
Al-Baqarah ayat 185 yang artinya, “Petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).”
·
Al-Quran adalah cahaya, seperti dalam surat Al-Maidah
ayat 15, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan.”
· Al-Quran adalah kitab yang penuh
hikmah, dalam surat Yã Sin ayat 1-2, “Yã Sin.
Demi Al-Quran yang penuh hikmah.”
Dan masih banyak lagi kedudukan
Al-Quran yang dijelaskan dalam buku ini dengan ayat-ayat penjelasnya. Namun,
kenapa sampai sekarang kita masih saja menjauhinya? Masih saja tidak
mentadaburinya dan bahkan mulai menghafalnya?
“Maka apakah mereka tidak mentadaburi Al-Quran
ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti
batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah: 74)
Ø Merasakan Keagungan Pahala Menghafalkan Al-Quran
Al-Karim
·
Menghafal Al-Quran adalah bentuk taqarrub kepada
Allah yang paling agung. “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar
Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)
·
“Ahlul Quran adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.
(Shahih Ibnu Majah)
· Penghafal Al-Quran adalah orang yang paling
pantas dicemburui, dan lain-lain.
Sudah membaca dua jawaban atas
pertanyaan dari langkah pertama tapi masih belum dapat juga perasaan yang
dimaksud? Atau masih sering lengah dan malas di tengah jalan? Yuk kita bayangkan
keutamaan-keutamaan ini.
Sebaik-baik umat.
Keluarga Allah.
Bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil.
Syafaat pada hari kiamat.
Derajat-derajat surga.
Mengapa
langkah pertama menekankan kita agar menumbuhkan rasa cinta pada Al-Quran? Karena
kecintaan dan merasakan urgensi menghafal akan meningkatkan kekuatan mengingat kita
kurang lebih 20 hingga 30%, karena sebenarnya cepatnya seseorang dalam
menghafal Al-Quran berkaitan erat dengan seberapa besar kecintaan dan
kerinduannya. Karena ketika otak manusia merasakan urgensi sebuah urusan,
apa pun itu, ia akan mempersembahkan penopang dan jalan untuk menyukseskan
urusan tersebut.
Langkah Kedua: Memupuk Ikhlash,
Tawakal, dan Doa
Mengapa
kita menghafal Al-Quran?
Untuk
mencari wajah Allah? Untuk mencari pahala dan balasan? Mencari derajat yang
tinggi? Mencari surga Firdaus yang tinggi? Ataukah agar dilihat manusia? Agar
disebut seorang hafizh? Atau ingin mencari popularitas?
Demi Allah, sesungguhnya urusan niat bukanlah perkara
sepele.
Sufyan Ats-Tsauri: “Tidaklah aku mengobati
sesuatu yang lebih sulit dariapada mengoreksi niatku.”
Yuk
kita bersihkan niat dan menjernihkan batin dari syirik kecil, yaitu perasaan
riya. Yuk kita berjuang menghafal dan bertawakal kepada Allah agar senantiasa
menjaga lahir dan batin kita. Dan yang juga tak boleh dilupakan adalah berdoa.
Berdoa meminta izin pada Allah SWT. sang pemilik kalam untuk meminta izin menghafal
kalam-kalam-Nya yang sangat indah.
Langkah
Ketiga: Jangan Banyak Beralasan
Ä Kedua orangtuaku tidak memotivasiku untuk
menghafal sewaktu kecil, sementara sekarang aku sudah besar.
Ä Saya tidak bisa menghafal Al-Quran
karena sibuk.
Ä Jika menghafal, aku pasti lupa, tidak
ada motivasi untuk berusaha menghafal.
Jangan banyak beralasan, menghafal adalah tanggung
jawab Anda sendiri.
Sesungguhnya,
iblislah yang berada di balik segudang alasan yang dengan ringannya meluncur
dari mulut kita itu. Berhentilah mengemukakan alasan karena pada saat itu
iblislah yang menjadi pemenang. Padahal pada hari kiamat nanti, ia bahkan
berlepas diri dari kita.
Selama
ini kita lebih percaya pada diri kita dengan segudang alasan dalam diri yang
bahkan menghambat impian kita. Sehingga kita semakin lemah untuk mencurahkan
segenap daya upaya untuk merealisasikan impian kita, yaitu menghafal Kitab Rabb
kita.
Yuk
kita tinggalkan alasan-alasan itu dan memulai kehidupan baru untuk mewujudkan
impian mulia kita. Semuanya akan mudah, dengan izin Allah.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)
Langkah Keempat: Menguatkan
Keyakinan Diri dan Kata-Kata Positif
Apa
mungkin kita bisa menghafal satu lembar mushaf dalam waktu sepuluh menit, tujuh
menit, atau kurang dari itu?
Sesungguhnya
keyakinan terhadap diri sendiri dan berpikir positif –disertai kecintaan dan
kerinduan pada Al-Quran– berpean lebih dari 90% dalam menyukseskan program
menghafal dan mengingat.
Optimis
atau pesimis? Seperti halnya banyak buku motivasi lain yang sudah aku baca, di
bagian ini penulis sangat menegaskan pentingnya bagi kita untuk menerapkan
hukum pikiran. (Kalau dalam buku Rahasia Memaksimalkan Potensi Lewat
Kekuatan Pikiran Bawah Sadar Untuk Meraih Kekayaan dan Kesuksesan di postingan
sebelumnya hal ini disebut afirmasi). Kita
harus senantiasa terus mensugesti diri dengan kata-kata positif yang akan
menghidupkan tekad kita untuk menggapai impian. Hindari pikiran negatif yang
akan menjadi penghalang dalam menghafal.
77% bisikan kepada diri sendiri adalah negatif.
Jadi, belajarlah bahasa yang positif.
Di
bagian ini juga dipaparkan banyak sekali fakta menakjubkan tentang kesempurnaan
tubuh yang telah diamanatkan oleh Sang Khalik pada manusia. Beberapa
diantaranya yaitu.
Ø
Otak manusia mampu menerima 100 juta pengetahuan. Pikiran
kita bergerak dengan cepat melampaui 200.000 km/detik (lebih cepat dari
cahaya).
Ø
Telinga manusia terdiri 24.000 serabut yang mampu
menelusuri perbincangan yang besar dan mendeteksi getaran molekul udara.
Ø
Di dalam tubuh manusia terdapat energi atim
tersembunyi yang cukup digunakan untuk membuat kota terbesar di dunia beberapa
kali.
Allahu Akbar.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menuntaskannya.” (An-Nahl: 18)
Sekarang
kita sudah tahu bagaimana hebatnya kekuatan dalam diri kita yang sangat
menakjubkan itu. Masih mau pesimis karena alasan-alasan negatif yang bersemayam
dalam diri kita? Astaghfirullah. Jangan sampai kita menjadi orang-orang
yang kufur terhadap nikmat Allah. Kenapa masih saja tidak yakin? Kenapa masih
belum memulai menghafal? Masih perlu fakta lain untuk menguatkan?
Master
memori, Tony Buzan mengatakan, “Jika kita ingin mempermisalkan kekuatan
dan kemampuan komputer tercanggih yang ada di dunia dengan dua tingkatan, maka
sesungguhnya kemampuan dan kekuatan otak Anda mampu melampauinya jauh di atas
awan dari 100 tingkatan-----“
`Yuk
kita hapus pesimis dan reset keyakinan untuk meledakkan kekuatan yang
tersembunyi dalam diri. Yuk kita ganti kata-kata negatif dengan kata-kata
positif dengan mengulangi kalimat di bawah terus-menerus.
Aku akan mengonsentrasikan kekuatan otakku.
Daya ingatku tajam.
Nikmat-nikmat Allah yang ada pada diriku begitu
berlimpah.
Aku bisa menghafal satu lembar Al-Quran dalam waktu
tujuh menit atau kurang.
Ya Allah, tolong aku dalam menghafal Kitab-Mu.
Langkah Kelima: Menciptakan Rasa Rileks
dan Suasana Belajar yang Ideal
Janganlah Anda menghafal kecuali dalam keadaan
rileks dan tenang.
Lalu,
kapan kita harus mulai menghafal? Ada empat tingkatan gelombang dalam otak.
Ø Tingkatan pertama: Tingkatan Beta (16-30 Hz/s)
Tingkatan beta tidak baik untuk menghafal secara
mutlak.
Karena pada tingkatan ini banyak
dipengaruhi oleh pikiran-pikiran dan bisikan negatif.
Ø Tingkatan kedua: Tingkatan Alpha (8-15 Hz/s)
Tingkatan ini disebut sebagai kondisi belajar yang
ideal.
Tingkat
ini dicirikan dengan rileks, khusyuk, tenang, dan tentram. Secara alami kita
berada pada tingkatan ini saat tengah khusyuk dalam solat, menjelang tidur, dan
mendengar nasihat inspiratif.
Ø Tingkatan ketiga: Tingkatan Tetha (5-7 Hz/s)
Ditandai dengan sikap rileks yang
dalam dan mengantuk.
Ø Tingkatan keempat: Tingkatan Delta (1-4 Hz/s)
Ini adalah tingkatan terdalam dari
tidur, di mana kita tidak tahu tentang sebagian besar rahasia-rahasianya.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana
cara kita untuk mencapai tingkatan Alpha?
Ø
Bernafas yang dalam
Kebanyakan kita bernafas dengan cepat
dan dari atas dada yang disebut nafas dangkal yang akan menyebabkan rasa pusing
disertai gelisah, kadar oksigen ke pembuluh darah dan otak tidak cukup. Bernafas
yang dalam bisa mengobati 75% penyakit dalam tubuh. Sebab, bernafas dalam mampu
memperkuat limpa, menajamkan kekuatan, dan menambah konsentrasi.
Mari belajar cara bernafas dengan
latihan 2, 1, 4 untuk masuk pada tingkatan Alpha.
Ambil nafas yang dalam selama 2 detik, lalu tahan
udaranya selama 1 detik, kemudian keluarkan udara tersebut dari mulut selama 4
detik.
Ulangi
hingga tujuh sampai sepuluh kali dan kita juga bisa mempraktikan kelipatannya,
seperti 4, 2, 16.
Langkah keenam: Melakukan
Visualisasi
Mengapa kita begitu semangat dan tekun di awal-awal
tapi tidak lama kemudian menjadi malas bahkan meninggalkan aktifitas menghafal?
Mengapa kita bisa cepat hafal sekaligus cepet lupa?
Al-Quran lebih cepat hilang daripada lepasnya
seekor unta dari ikatannya.
Oleh
sebab itu, sangat penting bagi kita untuk terus mengulangi ayat-ayat yang sudah
kita hafal. Untuk menghilangkan rasa malas mengulang, terapkan dalam pikiran
kita bahwa menghafal Al-Quran adalah visi kehidupan yang terus-menerus
dilakukan sejak masih bayi hingga liang lahat.
Jika
dalam postingan sebelumnya yang berjudul Kita adalah Apa yang Kita Pikirkan
menegaskan pentingnya mendisiplinan imajinasi karena imajinasi yang
didisiplankan akan melampaui segala keterbatasan dan banyak ketidakmungkinan. Nah,
hal serupa disebut visualisasi dalam buku ini. Sama saja. Kita hendaknya mendisiplinkan
diri untuk membayangkan saat kita telah khatam menghafal Al-Quran dan mendapat
keberkahan hidup karenanya, mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah karena impian
mulia yang telah tercapai itu, mendapat syafaat pada hari kiamat, dan mempunyai
teman pendamping di alam kubur. Terus lakukan. Disiplinkan bayangan itu. Rasakan
bahwa saat ini kita sudah berada di posisi yang ada dalam imajinasi kita, hafal
Al-Quran 30 juz. Di sini ada tiga waktu utama yang dianjurkan bagi kita
untuk melakukakn visualisasi, yaitu sebelum menghafal, sebelum tidur,
setiap selesai shalat.
Kenapa
kita harus melakukan visualisasi? Pada dasarnya, alam bawah sadar tidak
membedakan antara realitas dan visualisasi. Sehingga, dalam sekejap imajinasi
tersebut akan terbentuk dalam memori otak dan akan menjadi satu bagian yang
utuh tidak terpisahkan dari diri kita.
Setiap
kali perasaan ingin mundur dari kegiatan menghafal Al-Quran datang, segera
lakukan afirmasi dan visualisasi. Lalu berdiri dan bangkitlah, serta minta
perlindungan pada Allah dari setan yang terkutuk.
Langkah Ketujuh: Optimalisasi Panca
Indra
Pada umunya kita akan mengingat:
20% dari
yang kita baca.
30% dari
yang kita dengar.
40% dari
yang kita lihat.
50% dari
yang kita ucapkan.
60% dari
yang kita kerjakan.
a dari
yang kita lihat, dengar, ucapkan, dan kerjakan.
Pasti
ada indra tertentu yang mendominasi dan selalu diandalkan untuk melakukan sesuatu.
Akan tetapi, sebenarnya kita dapat mencoba menggunakan seluruh panca indra
secara bersamaan agar kegiatan pembelajaran lebih efekif. Caranya?
Kenapa
harus dengan posisi seperti di bawah? Iya itu tadi, strategi ini bertujuan supaya
kita dapat mengoptimalkan seluruh indra ketika menghafal ayat demi ayat.
Oke,
aku jelaskan sedikit. Di bawah ada gambar mata yang condong ke pojok kiri atas.
Kenapa? Si penulis berkata, “Coba ingat masa-masa Anda di sekolah dasar! Apa
warna dinding sekolahan itu?” Ketika kita mencoba mengingat gambaran
sekolahan tersebut, sadar tidak sadar, pada saat itu mata akan mengarah ke
pojok kiri atas. Begitu juga dengan strategi ini, untuk mengingat gambaran
setiap baris ayat pada mushaf, kita tinggal mengerahkan ingatan dengan mencoba
menggali ingatan dibantu dengan isyarat mata itu. Lebih jelasnya mengenai
isyarat-isyarat mata, baca saja buku ini :Dv
Lanjutan
untuk tiga langkah di atas.
Langkah
4: Ambil nafas dalam-dalam!
Langkah
5: Rendahkan kepala Anda dan lihat ke arah kanan bawahm yaitu zona perasa dan
peraba, lalu perdengarkan hafalan Anda.
Yang
aku rasakan saat mencoba cara ini, mata terasa lelah karena harus terus melihat
ke arah kiri atas. Tangan pegal juga karena terus melayang memegang mushaf,
kecuali kalau mushafnya kita tempel di tembok. Itu nggak mungkin, kan?
Bisa-bisa malah jatuh -_- Tapi bisa kok, ada Al-Quran per juz ukuran saku,
mungkin kita bisa menempelnya di tembok lalu duduk dengan sempurna menghadap mushaf
itu. Mungkin hehehe karena aku nggak punya, cuma sempat lihat sekilas di toko
buku langgananku :V Tapi jangan khawatir,
ada alternatif juga, kita bisa memegang mushaf pada posisi ingatan pendengaran yaitu
mata melihat ke arah depan, biar nggak pegel hehehe.
Terlepas
dari strategi yang didasarkan pada isyarat-isarat panca indra di atas, menurutku
setiap orang pasti mempunyai cara masing-masing dalam belajar. Ya, kan?
Langkah Kedepalan: Murajaah
(Pengulangan)
Murajaah secara kontinyu...menguatkan hafalan.
Murajaah
secara kontinyu...lebih penting dari hafalan itu sendiri.
Murajaah
secara kontinyu...itu hakikat dari menghafal.
Al-Quran lebih mudah lepas daripada lepasnya unta
dari tali kekangnya.
Sebenarnya
kita sadar dan tahu betul kalau lambat laun hafalan apa pun itu, termasuk
Al-Quran pasti akan hilang jika tidak diulang. Namun ya itu, yang sering aku
rasakan adalah rasa malas yang selalu saja menghadang untuk melakukan murajaah
-_-
Kita melupakan 80% apa yang telah kita hafalkan
dalam kurun waktu 1 sampai 24 jam.
Penulis memberikan beberapa kategori
dalam murajaah.
Murajaah
5 kategori
1.
Satu jam setelah menghafal
2.
Satu hari setelah menghafal
3.
Satu pekan setelah menghafal
4.
Satu bulan setelah menghafal
5. Tiga bulan setelah menghafal
Ada juga tiga waktu utama yang dapat
kita gunakan untuk murajaah, yaitu:
Sebelum
berangkat kerja satu jam dari waktu selesai menghafal atau bagi yang sekolah, bisa diganti dengan sebelum
berangkat sekolah.
Sebelum tidur. Kata penulisnya, jangan tidur sebelum murajaah,
agar pikiran alam bawah sadar terbiasa mengulangnya selama tidur. Karena pada
saat tidur, otak bekerja untuk merapikan informasi-informasi dan membersihkan
otak dari hal-hal asing. Bahkan pada saat sedang tidur pun, nikmat Allah masih
terasa begitu luar biasa :”) Allahu Akbar.
Murajaah
ketika bangun tidur.
“Ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu
sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.”
Langkah Kesembilan: Menentukan
Tujuan dan Menyusun Rencana
97% manusia tidak memiliki rencana tertulis untuk
mewujudkan tujuan hidupnya
Cita-cita atau
tujuan yang jelas terperinci walaupun sulit, akan lebih mudah dicapai
dibandingkan dengan tujuan-tujuan mudah yang masih samar-samar. Hubungannya dengan
menghafal Al-Quran adalah, bahwa untuk menentukan tujuan dan perencanaan yang
jelas diperlukan hal-ha sebagai berikut:
1.
Menuliskan cita-cita dengan kata-kata positif
2.
Menulis menggunakan kalimat “sekarang”
Aku baca di bukunya Adi W. Gunawan
yang berjudul Manage Your Mind for Succes, dikatakan kalau orang gagal adalah
orang yang selalu memikirkan hal-hal yang tak diinginkan dan ditakutkan. Misalnya
aku bilang, “Aku tidak mau sedih.” Justru aku pasti merasakan kesedihan itu,
karena bawah sadar tidak mengenal kata-kata negatis seperti tidak, dan kata
sedih-lah yang kemudian ditangkap olehnya
Seperti disinggung dalam langkah
keempat di atas, Jadi, belajarlah bahasa yang positif.
Katakan, Aku ingin hafal Al-Quran
Al-Karim. Dan ingat, jangan katakan Aku akan menghafal Al-Quran Al-Karim,
karena selamanya kalimat itu akan menjadi “akan” yang berkelanjutan hingga
akhirnya tak ada aktualisasi dari kata “akan” itu. Jadi, katakan saja, “Aku
sedang dan terus menghafal Al-Quran Al-Karim.” ^^9
3.
Kenapa Anda menginginkannya?
Semakin kuat alasan, semakin tinggi
peluang tercapainya tujuan. Hwaiting!!!
4.
Tentukan indikator keberhasilan secara terpernci
Buat gambaran diri yang lebih menawan
dan elok begitu proyek mahabesar ini telah tercapai. Misalnya, “Akhlaqku menjadi
lebih baik, lebih Qurani begitu mengkhatamkan hafalan. Dengan izin Allah.”
5.
Tujuannya terukur dan tidak mustahil
6.
Tentukan batas waktu
Tujuan tanpa
batas waktu hanyalah khayalan belaka, hanya mimpi yang tidak mungkin terwujud. Setiap
tujuan harus selalu ditemukan mulai dan berakhirnya.
Ayo
kita tentukan target dari sekarang ^^ 30 juz untuk satu tahun? Dua tahun? Atau
bahkan ada yang hanya dalam tiga bulan! Masya Allah :”
7.
Tujuan harus muncul dari diri sendiri
8.
Tulis faktor pendukung yang diinginkan dan
rintangan yang mungkin ditemui
Nah kalau ini aku tulis seperti ini
misalnya, “Rintangan yang kuhadapi adalah rasa malas yang sering kali sulit
dihalau, apalagi untuk bermurajaah. Juga orang-orang serta keadaan yang acap
kali tak sejalan.”
9.
Tetapkan pengaruh usaha Anda mewujudkan impian terhadap
lingkungan sekitar.
10. Menuliskan tujuan di berbagai tempat.
Isi dari sepuluh poin tersebut aku rangkai
menjadi beberapa paragraf dan aku tulis di bagian belakang buku ini untuk
memudahkan afirmasi. Ayo, kalian juga^^9
9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran. End~
Tapi tunggu dulu :p
Perhatikan... Sebelum Anda mulai
menghafal!
Ø Memperbaiki bacaan lebih diutamakan
daripada menghafal
Ø Cukup menggunakan mushaf dari satu
cetakan (tidak gonta-ganti mushaf)
Ø Hindari menghafal setelah menghafal,
setelah bekerja, dan larut malam.
Ø Perhatikan ayat-ayat yang mirip.
Ø Mulai menghafal dar surat yang Anda
sukai.
Dan masih banyak lagiiii :))
Oh
ya, buku ini juga disertai bonus DVD kisah inspiratif para penghafal Al-Quran
dan murrotal 30 juz lengkap. Kisah-kisahnya bikin terharu :”))
Alhamdulillaah. Itulah ringkasan buku ini. Mudah-mudahan rangkaian
kata yang aku gunakan mudah dipahami. Mudah-mudahan postingan ini
bermanfaat, untuk aku khususnya, dan untuk teman-teman umumnya. (Kok jadi
berasa lagi bikin kata pengantar makalah -_-).
Untuk
kalian yang sudah sampai melalui jalan indah ini, untuk kalian yang sudah
khatam menghafal Al-Quran, semoga kalam-kalam Sang Khaliq itu senantiasa tetap
terjaga dan menjadi teman sejati dalam mengarungi kehidupan.
Untuk
kalian yang tengah menempuh perjalanan indah ini, untuk kalian yang sekarang sedang
berjuang menghafal ayat demi ayat lalu bergulir menuju juz, semoga kalam-kalam
Sang Khaliq itu dapat melenggang dengan mudahnya ke ingatan dan terus terjaga
sampai khatam nanti.
Untuk
kalian yang belum memulai perjalanan indah ini, untuk kalian yang sekarang
masih mengawang dalam ragu, semoga segera tergugah untuk menghafal kalam-kalam
Allah.
Menghafal
Al-Quran? Aku yakin, dengan izin Allah kita semua pasti bisa mencapai proyek
mahabesar ini^^9
Akhirul
kalam, mudah-mudahan bermanfaat. Dengan izin Allah :)))
AstiNurhayatiNurjaman~
Kk, gk ada dalam bentuk PDF kk? Kalau ada boleh kirim kk..saya dah lama cari bukunya gk ada dalam bentuk PDF...makasi
BalasHapus