Langsung ke konten utama

[TASK] Tradisi dan Praktek Ekonomi Masa Pemerintahan Al-Khulafa Al-Rasyidun

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

A.    Masa Pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq
Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama dua tahun, Abu Bakar ash-Shiddiq melaksanakan berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah Saw. Ia sangat memperhatikan keakuratan penghitungan zakat yang hasilnya langsung didistribusikan seluruhnya tanpa ada yang tersisa. Ia juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan, sebagian diberikan kepada kaum muslimi dan sebagian tetap menjadi tanggungan negara. Ia juga mengambil alih tanah dari orang-orang murtad untuk kemudian dimanfaatkan.
Dalam mendistribusikan harta Baitul Mal, Abu bakar menetapkan prinsip kesamarataan, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, karena menurutnya, dalam hal keutamaan beriman, Allah Swt yang akan memberikan ganjarannya, sedangan dalam masalah kebutuhan hidup, prinsip kesamaan lebih baik daripada prinsip keutamaan.
B.     Masa Pemerintahan Umar ibn al-Khattab
Pada masa pemerintahannya yang berlangsung sepuluh tahun, Umar ibn al-Khattab banyak melakukan ekspansi sehingga wilayah kekuasaan Islam semakin meluas yang kemudian berimplikasi pada peningkatan pendapatan negara yang signifikan.
Dalam mendistribusikan harta, Umar ibn al-Khattab tidak menghabiskan sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, bahkan disediakan dana cadangan.
Khalifah Umar ibn al-Khattab menerapkan prinsip keutamaan dalam mendistribusikan harta Baitul Mal karena ia berpendapat bahwa kesulitan yang dihadapi umat Islam harus diperhitungkan dalam menetapkan bagian seseorang dari negara. Namun cara tersebu tersebut ternyata keliru karena berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Untuk mendistribusikan harta Baitul Mal, Umar mendirikan beberapa departemen:
a.       Departemen Pelayanan Militer.
b.      Departemen Kehakiman dan Eksekutif.
c.       Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam.
d.      Departemen Jaminan Sosial.
C.    Masa Pemerintahan Utsman ibn Affan
Pada enam tahun pertama masa pemerintahannya, Khalifah Utsman bin Affan membuat saluran air, membangun jalan-jalan, dan pembentukan organisasi kepolisian untuk mengamankan jalur perdagangan. Ia juga membentuk armada laut di bawah komando Muawiyah.
Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, ia menerapkan prinsip keutamaan seperti halnya Umar ibn al-Khattab. Dalam hal pengelolaan zakat, ia mendelegasian kewenangan menaksir harta yang dizakat kepada para pemiliknya untuk mengamankan dari berbagai gangguan dan masalah dalam pemerikasaan kekayaan yang tidak jelas. Ia juga menerapkan kebijakan membagi-bagikan tanah-tanah negara kepada individu untuk reklamasi dan kontribusi kepada Baitul Mal.
D.    Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Setelah diangkat, Ali bin Abi Thalib langsung memberhantikan para pejabat yang korup, membuka kembali lahan perkebunan yang digarap orang-orang kesayangan Utsman, dan mendisteibusikan pendapatan pajak tahunan.
Dalam pemerintahannya yang diwarnai dengan ketidakstabilan politik, ia tetap berusaha melaksanakan berbagai kebijakan yang mendorong kesejahteraan. Ia menetapkan pajak terhadap hasil hutan dan sayuran. Baitul Mal di tingkat pusat maupun daerah berjalan baik sehingga pendapatannya mengalami surplus. Dalam pendistribusiannya, Ali menerapkan prinsip pemerataan. Khalifah Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa seluruh pendapatan negara yang disimpan di Baitul Mal harus didistribusikan kepada kaum muslimin, tanpa ada sedikit pun yang tersisa. Distribusi dilakukan sekali dalam sepekan, yaitu pada hari Kamis.
Langkah penting lain adalah pencetakan mata uang koin atas nama negara Islam yang menunjukkan pada masa itu kaum muslimin telah menguasai teknologi peleburan besi dan pencetakan koin, meski uang tersebut tidak beredar dengan luat karena pemerintahan yang berjalan singkat.

Sumber:






Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag

Penerbit: Gramata Publishing
Tebal Buku: xiv + 322 halaman

Cetakan Pertama: 2010
ISBN: 978-602-96565-1-0


Harga: Rp. 69.000,-
Sumber gambar: goodreads

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[TASK] Proposal Usaha (Kewirausahaan)

Ini tugas bikin proposal waktu kelas sebelas hihi :3 Gak tau bener gak tau nggak soalnya dulu gak sempet direview sama gurunya -,- Disusun oleh: Asti Nurhayati Sri Isdianti Kelas XI-AP4 SMK Negeri 1 Garut 2012-2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Nama dan Alamat Perusahaan Toko Buku   “27 RADAR” Jl.   Radar   No. 27 Garut B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Usaha Ø     Penanggung jawab 1: Nama : Asti Nurhayati Nurjaman   TTL : Garut, 19 Agustus 1996   Ø      Penanggung jawab 2: Nama : Sri Isdianti TTL : Garut, 12 September 1996   C. Informasi Usaha          Usaha toko buku yang kami kelola ini berada di Jl.   Radar   No. 27, merupakan lokasi yang sangat strategis yang berada di pusat kota Garut ini, bisa dengan mudah dijangkau oleh kendaraan apapun. Juga terletak di antara banyaknya pusat perkantoran serta sekolah-sekolah sehingga menjadi suatu keuntungan tersendiri bagi kami karena berdekatan dengan banyak

[BOOK REVIEW] Sejarah Ekonomi Dalam Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم Judul: Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Penulis:DR. Euis Amalia, M.Ag Penerbit: Gramata Publishing Tebal Buku: xiv + 322 halaman ISBN: 978-602-96565-1-0 Harga: Rp. 69.000,- Sumber gambar: goodreads Ada kesenjangan epistemologi yang mengemuka lebar tatkala ingin menampilkan literatur sejarah pemikiran ekonomi. Nilai fairness dan transparansi seolah sulit untuk dibuka ketika dihadapkan pada siapa menemukan apa karena bermuara pada “otoritas klaim.” Fakta-fakta ironis menyebutkan bahwa seringkali hasil karya ilmuwan muslim kita diabaikan oleh sarjana barat, padahal mereka sendiri secara implisist mengakui banyak karyanya telah diilhami oleh  pemikir Islam atau karya mereka tidak pure lagi karena sebelumnya sudah diketemukan teori oleh sarjana muslim. Hanya bisa dihitung dengan jari penulis-penulis barat yang mengakui bahwa konsep-konsep atau teorinya berasal dari pemikir Islam. Secara simplistis saja,

[BOOK REVIEW] AYAH Tanpa Tapi

Surga juga ada di telapak kaki ayah – pada setiap langkah yang ia ambil untuk terus menyambung nafas dan menumbuhkanmu, ada surga. (Seribu Wajah Ayah – hlm. 16)             Ayah, salah satu bilah tervital dalam hidup yang dikatakan Rasulullah setelah penyebutan Ibu yang diulang sebanyak tiga kali.             Ibu, ibu, ibu, baru ayah .            Repetisi yang menomorempatkan ayah bukan berarti kita harus menomorsekiankan pula sosok itu dalam hidup. Tidak sama sekali.           Memang, kebanyakan figur ayah tidak sama dengan ibu. Jika ibu seakan tak pernah kehabisan agenda kata yang berlalu lalang di telinga kita, beda halnya dengan ayah yang bahkan seolah enggan untuk bersuara walau hanya sekecap. Pun, sering kali kita lebih nyaman bersandar di punggung ibu yang ekspresif dibanding harus bercengkrama dengan sosok ayah yang cenderung defensif.            Meski tidak menutup kemungkinan tidak semua ayah berkarakter begitu, tapi itu juga tak dapat dipungkiri, kan?